Selama bertahun-tahun banyak orang Yahudi tinggal di Tanah Suci untuk tujuan tersebut, mereka menikmati hubungan yang tenang dan ramah dengan penduduk non-Yahudi di sana. The Zionist movement which was formed at the latter part of the last century, sought to endow the Jews with a nationalistic character which was heretofore strange to them. It sought to deprive them of their historically religious character and offered in substitution of faith in G-d and adherence to the Torah, and belief in their ultimate redemption by the coming of the Messiah, a nationalistic ideology and the possibility of establishing through political media, a Jewish national homeland.
Gerakan Zionis yang dibentuk di bagian akhir abad terakhir, berusaha untuk memberkati orang-orang Yahudi dengan karakter nasionalis yang sampai sekarang aneh bagi mereka. Zionisme berusaha untuk menghilangkan mereka (orang yahudi) dari: karakter agama mereka dan menawarkan pengganti iman kepada Tuhan dan kepatuhan terhadap Taurat, dan kepercayaan dalam penebusan akhir mereka oleh kedatangan Mesias, DENGAN ideologi nasionalis dan kemungkinan untuk membangun melalui media politik, tanah air nasional Yahudi. During the period of the British Mandate, the Balfour Declaration, which recognized the eventual possibility of founding a Jewish national homeland, in Palestine, was affirmed to be the British government. The Jewish Agency, who then was the Chief representative of Zionist interests in the Holy Land, was entrusted with the issuance of visas to the Holy Land, thus resulting in an increased Zionist immigration from various parts of the world, which ultimately succeeded in superceding in numbers, the veteran Orthodox dwellers.
Selama periode Mandat Inggris, Deklarasi Balfour, yang akhirnya mengakui kemungkinan pendirian sebuah tanah air nasional Yahudi, di Palestina, yang secara tegas merupakan wilayah dibawah pemerintah Inggris.
Badan Yahudi, yang kemudian menjadi Ketua perwakilan kepentingan Zionis di Tanah Suci, diberikan kepercayaan dalam hal penerbitan visa ke Tanah Suci, sehingga mengakibatkan imigrasi Zionis meningkat dari berbagai belahan dunia, yang akhirnya berhasil melebihi jumlah, penghuni yahudi Ortodoks sebelumnya yang sudah ada. Orthodox Jewry all over the world and the Orthodox Community in the Holy Land in particular, immediately sensed in this stage of Zionist success, the threat of grave danger for the religious future of Jews. The Arab inhabitants began to exhibit open hostility to their Jewish neighbors. The British government failed to distinguish between the Orthodox community, who for generations in habited the Holy Land, and the newly arrived Zionist immigrants.
Yahudi Ortodoks di seluruh dunia dan Komunitas Ortodoks di Tanah Suci pada khususnya, segera merasakan keberhasilan Zionis di tahap ini, yang merupakan ancaman berbahaya bagi masa depan agama Yahudi.
Penduduk Arab mulai menunjukkan permusuhan terbuka kepada tetangga Yahudi mereka.Pemerintah Inggris gagal untuk membedakan antara masyarakat Ortodoks, yang sudah mendiami Tanah Suci beberapa generasi, dengan imigran Zionis yang baru tiba. With the acquisition by the Zionist nationalists of the power to organize communities in Palestine, they formed the Vaad Haleumi Leknesset Yisroel (National Jewish Council Committee). This committee ignored the rights of the Orthodox veteran dwellers who did not recognize this validity of Jewish nationality, and whose identification as Jews was solely with their loyalty to their religious heritage. The religious inhabitants, on the other hand, shuddered at the prospects of spiritual disintegration of World Jewry, with the new rise to power of the Zionist nationalists.
Dengan akuisisi oleh kekuatan kaum nasionalis Zionis untuk mengatur masyarakat di Palestina, mereka membentuk Vaad Haleumi Leknesset Yisroel (Komite Nasional Dewan Yahudi).
Komite ini mengabaikan hak-hak penduduk yahudi Ortodoks (yang sudah tinggal beberapa generasi disana) yang tidak mengakui keabsahan suatu negara Yahudi, dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Yahudi itu semata-mata setia kepada warisan agama mereka.
Penduduk agama, di sisi lain, mengalami ketakutan terhadap prospek disintegrasi / perpecahan spiritual umat Yahudi di seluruh dunia, dengan munculnya kekuatan baru kaum nasionalis Zionis.
(Catatan Penulis: terus terang, saya baru tahu tentang adanya 'kekuasaan' Vaad Haleumi Leknesset Yisroel (Komite Nasional Dewan Yahudi) ketika Inggris diberi mandat untuk menguasai Palestina) The Orthodox inhabitants actively objected to being subject to the authority of the secularists. They appealed their cause to the League of Nations, who consequently granted them a "Right of exclusion" to the subjugation to the Vaad Haleumi, which rights provided that any Jew wishing not to be incorporated into the Vaad Haleumi, may remain lawfully independent if he so stated his wish in writing. Thousands of Jews did so.
Penduduk Ortodoks secara aktif berkeberatan untuk tunduk pada otoritas orang-orang yahudi sekuler.Mereka mengajukan keberatan mereka ke Liga Bangsa-Bangsa, yang akibatnya memberikan mereka "Hak pengecualian" terhadap penaklukan Vaad Haleumi (Komite Nasional Dewan Yahudi), dengan ketentuan hak bahwa setiap orang Yahudi yang tidak ingin dimasukkan ke dalam pengaturan Vaad Haleumi (Komite Nasional Dewan Yahudi), dapat tetap independen secara hukum jika dia menyatakan keinginannya tersebut secara tertulis.Ribuan orang Yahudi melakukannya.