Mohon tunggu...
Bung Adi Siregar
Bung Adi Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - BAS

Founder BAS Pustaka Copywriter Independen Pecinta Film Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Corona dan Literasi Media

21 April 2020   11:12 Diperbarui: 21 April 2020   11:25 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Penuh bangga, jiran saya itu membagikan sebuah artikel berbahasa Arab. Bisa saya pastikan di WhatsApp group itu tak seorang pun mampu membacanya apalagi mengerti isi artikel aksara Arab gundul itu. Tulisan Arab tanpa tanda baca makin menyulitkan saya dan anggota WhatsApp group RT tersebut.

Untung dia memberi sedikit keterangan dalam lampiran link website tersebut. Keterangan yang menyertai link web tersebut, "Beruntunglah orang yang merokok, perokok bebas dari virus covid 19. Tembakau obat untuk corona".

Seketika, ingin kubantah unggahan tetangga itu. Urunglah niat untuk meluruskan informasi hoax tersebut. Tak enak hati mematahkan orang yang lagi bersemangat membagi informasi. Apalagi si abang ini perokok berat. Tentu  juga untuk menjaga kondusifitas group tak usahlah saya membantahnya. Dengan harapan ada orang yang meluruskan informasi tersebut.

Aku yakin betul infromasi tersebut hoax karena di group berbeda sudah ada yang sebar hal serupa. Namun langsung ada yang membatah. Lengkap dengan menyertakan artikel tersebut termasuk dalam list hoax seputar virus corona.

Untungnya tak ada yang merespon postif. Cuma, saya khawatir ada yang percaya. Makan mentah-mentah informasi tersebut. Soalnya info tersebut disertakan lengkap dengan link webite berbahasa Arab. Tau sendiri kalo sebagian masyarakat kita jika ada tulisan Arab, sudah di judge benar. Layak dipercaya. Padahal, isinya entahlah.

Di saat-saat seperti ini, orang begitu mudah termakan desas-desus. Setiap ada yang sharing informasi tentang obat virus covid 19, masyarakat langsung bergerak cepat. Berburu barang yang konon obat virus covid 19 tersebut.

Tentu masih ingat, waktu kali pertama Kementerian Kesehatan merilis kasus virus covid 19 di Indonesia disaat bersamaan ada informasi yang tersebar jika virus asal Wuhan itu bisa sembuh dengan   mengkonsumsi jahe merah. Tanpa komando, masyarakat memborong jahe merah di pasaran. Bukan harganya saja yang naik namun jahe merah sempat hilang di pasaran.

Ditengah kepanikan global seperti ini berita dan informasi hoax tumbuh subur. Kepanikan pupuk daripada informasi hoax.  Berdasarkan informasi dari Polda Metro Jaya, sejak corona tiba di tanah air, jumlah berita hoax naik signifikan. Sementara dari  keterangan Kementerian Komunikasi dan Informatika per 12 Maret 2020, jumlah hoax seputar virus covid 19 mencapai 196 hoax.

Hoax seputar virus covid 19 ini beragam jenis. Mulai dari konten terkait virus tersebut. Konten yang memuat kekeliruan dan tak berdasarkan ilmu medis. Yang lebih berbahaya, hoax yang mengandung unsur SARA. Menyulut kebencian pada kelompok dan etnis tertentu.

Yang membuat hati meringis penyebaran hoax ini tak kenal tingkat pendidikan. Kelompok yang menurutku well aducated justru rajin menyebar hoax. Harusnya kelompok ini jadi benteng dalam menjaga dan meluruskan informasi hoax ditengah pandemi seperti saat ini.

Harusnya masyarakat kita lebih bijak dan kritis dalam memilah informasi. Bukan baru kemaren kita menggunakan media sosial. Atau memang masyarkat kita sedang puber dalam bermedia sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun