Ketika pertama sekali diciptakan, kutang hanya berfungsi sebagai pembungkus atau penahan dada. Setelah kapitalisme masuk, fungsi terlampaui. Kemanfaatan bukan lagi orientasi. Persepsi menjadi segalanya.
Beginilah kapitalisme bekerja. Kapitalisme banyak wajah. Kadang sangat ramah dan menghibur. Lain waktu sangat religius. Dan seringkali amat menakutkan, tak manusiawi. Seperti yang diatrasikan di konflik abadi di bumi penghasil minyak.
Terangin-angin ke telinga jika Pilkada Jakarta juga wajah lain  kapitalisme. Entahlah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!