Awalnya, aku ragu. Namun dalam hati, selalu bertanya-tanya. Apakah benar dia sosok yang beberapa waktu lalu salah seorang news maker di arena Muktamar Nahdatul Ulama, Jombang 2015.
Terus terang aku masih ragu. Soalnya, sosok yang ada dihadapan mata itu, tak setua yang aku lihat di layar kaca. Pria ini jauh lebih muda dari yang aku lihat di siaran berita.
Dugaanku benar, ternyata ia orang yang aku sangka 'kan. Setelah dua pria lain langsung menyapa dan mencium tangan beliau. “Assalamualaikum yai…” dan aku pun makin yakin.
Perjalan dari ruang tunggu bandara menuju pesawat, pandanganku tak kemana-mana. Hanya fokus pada gerak-gerik pria yang kita kenal dengan panggilan Gus Sholah. Mata ini menjadi kamera pengintai pria itu. Tak mau lengah barang sekejap layaknya paparazzi mengejar seleberiti Hollywood.
Dengan menenteng sebuah tas kecil, ia berjalan perlahan. Sesekali memperhatikan orang-orang yang buru-buru menghampiri pesawat. Ia tak terprovokasi, ia tetap berjalan satu-dua ayunan langkah.
Ketika berada di bibir pesawat, aku menduga mantan calon wakil presiden ini akan duduk di kelas bisnis. Eh, 5 shaf kursi bisnis berlalu, ia tetap berjalan hingga parkir di kursi 22C.
Tak lama setelah menemukan kursi, ia membuka kantong kresek yang turut serta menemaninya dalam perjalan itu. Dalam tas kresek itu, ada sekitar 20 lembar kertas dan satu Koran.
Yang pertama ia buka tumpukan kertas itu. Ternyata, isinya kliping artikel dari beberapa media massa.
“Luar biasa,” hal pertama yang terlintas dalam benakku. Aku sungguh terpaku melihatnya. Pekerjaan yang rutin aku lakukan saat kuliah. Ternyata Sang Kiyai masih melakukan hal itu meski usia sudah senja. Tradisi literasi yang patut diteladani.
Selama perjalanan yang menempuh 55 menit itu, ia sibuk membuka kliping artikel dari berbagai media itu. Sesekali aku mencari tahu apa yang beliau baca. Berbagai topik ada di kliping media massa miliknya itu.
Gus Sholah, apa yang kulihat dan saksikan menjadi obat di tengah miskinnya tradisi literasi di kalangan elit. Apa yang beliau sampaikan dalam setiap lontaran ide dan wawancara dengan media, terlihat beliau memiliki tradisi literasi yang kuat.