Mohon tunggu...
Bung Adi Siregar
Bung Adi Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - BAS

Founder BAS Pustaka Copywriter Independen Pecinta Film Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Gus Sholah, Dalam Sebuah Perjalanan

28 Agustus 2015   11:37 Diperbarui: 3 Februari 2020   08:10 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertemu Gus Sholah di pesawat. (Foto: Dok. Pribadi)

Awalnya, aku ragu. Namun dalam hati, selalu bertanya-tanya. Apakah benar dia sosok yang beberapa waktu lalu salah seorang news maker di arena Muktamar Nahdatul Ulama, Jombang 2015.

Terus terang aku masih ragu. Soalnya, sosok yang ada dihadapan mata itu, tak setua yang aku lihat di layar kaca. Pria ini jauh lebih muda dari yang aku lihat di siaran berita.

Dugaanku benar, ternyata ia orang yang aku sangka 'kan. Setelah dua pria lain langsung menyapa dan mencium tangan beliau. “Assalamualaikum yai…” dan aku pun makin yakin.

Perjalan dari ruang tunggu bandara menuju pesawat, pandanganku tak kemana-mana. Hanya fokus pada gerak-gerik pria yang kita kenal dengan panggilan Gus Sholah. Mata ini menjadi kamera pengintai pria itu. Tak mau lengah barang sekejap layaknya paparazzi mengejar seleberiti Hollywood.

Dengan menenteng sebuah tas kecil, ia berjalan perlahan. Sesekali memperhatikan orang-orang yang buru-buru menghampiri pesawat. Ia tak terprovokasi, ia tetap berjalan satu-dua ayunan langkah.

Ketika berada di bibir pesawat, aku menduga mantan calon wakil presiden ini akan duduk di kelas bisnis. Eh, 5 shaf kursi bisnis berlalu, ia tetap berjalan hingga parkir di kursi 22C.

Tak lama setelah menemukan kursi, ia membuka kantong kresek yang turut serta menemaninya dalam perjalan itu. Dalam tas kresek itu, ada sekitar 20 lembar kertas dan satu Koran.

Yang pertama ia buka tumpukan kertas itu. Ternyata, isinya kliping artikel dari beberapa media massa.

“Luar biasa,” hal pertama yang terlintas dalam benakku. Aku sungguh terpaku melihatnya. Pekerjaan yang rutin aku lakukan saat kuliah. Ternyata Sang Kiyai masih melakukan hal itu meski usia sudah senja. Tradisi literasi yang patut diteladani.

Selama perjalanan yang menempuh 55 menit itu, ia sibuk membuka kliping artikel dari berbagai media itu. Sesekali aku mencari tahu apa yang beliau baca. Berbagai topik ada di kliping media massa miliknya itu.

Gus Sholah, apa yang kulihat dan saksikan menjadi obat di tengah miskinnya tradisi literasi di kalangan elit. Apa yang beliau sampaikan dalam setiap lontaran ide dan wawancara dengan media, terlihat beliau memiliki tradisi literasi yang kuat.

Dan tak sedikit orang-orang ‘penting’ di negeri ini bicara tanpa kekuatan literasi di belakangnya. Yang ada asal bicara. Menuding. Bahkan lebih tepat disebut menghujat. Mengolok-olok yang lain. Meski kadang pelakunya memiliki label aktivis atau pengamat. Tetap saja hambar ide-idenya. Karena sudah tak objektif.

Gus Sholah, mengajari kita untuk terus membangun tradisi literasi yang baik. Buktinya, ditengah aktivitas sempit itu, ia menyibukkan diri dengan membaca kumpulan kliping milikinya.

Kliping artikel media massa merupakan tradisi literasi yang mulai hilang ditengah wabah “googlisasi.” Kliping artikel menurutku menjadi karakter khas pecinta literasi. Tak hanya sekadar menggunting kertas Koran.

Ada aktivitas penghargaan terhadap pikiran dan ide orang lain. Ada upaya untuk mendokumentasikan ilmu pengetahuan. Di dalamnya, ada semangat untuk mewarisi ilmu kepada generasi berikutnya. Merekam perjalanan pemikiran dan nalar bangsa ini.

Gus Sholah, dalam sebuah perjalan literasi menuju Kota Pendidikan, Ngayogyakarta Hadiningrat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun