Dan tak sedikit orang-orang ‘penting’ di negeri ini bicara tanpa kekuatan literasi di belakangnya. Yang ada asal bicara. Menuding. Bahkan lebih tepat disebut menghujat. Mengolok-olok yang lain. Meski kadang pelakunya memiliki label aktivis atau pengamat. Tetap saja hambar ide-idenya. Karena sudah tak objektif.
Gus Sholah, mengajari kita untuk terus membangun tradisi literasi yang baik. Buktinya, ditengah aktivitas sempit itu, ia menyibukkan diri dengan membaca kumpulan kliping milikinya.
Kliping artikel media massa merupakan tradisi literasi yang mulai hilang ditengah wabah “googlisasi.” Kliping artikel menurutku menjadi karakter khas pecinta literasi. Tak hanya sekadar menggunting kertas Koran.
Ada aktivitas penghargaan terhadap pikiran dan ide orang lain. Ada upaya untuk mendokumentasikan ilmu pengetahuan. Di dalamnya, ada semangat untuk mewarisi ilmu kepada generasi berikutnya. Merekam perjalanan pemikiran dan nalar bangsa ini.
Gus Sholah, dalam sebuah perjalan literasi menuju Kota Pendidikan, Ngayogyakarta Hadiningrat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H