Ismail Ahmad mengingatkan kita dengan kondisi masyarakat Romawi pada abad kegelapan dalam sejarah filsafat. Dimana kebenaran pada masa itu hanya datang dari otoritas yang berlaku dalam hal ini otoritas Gereja. Masyarakat yang menyatakan kebenaran yang berlawanan akan dianggap menentang kebenaran Gereja. Adalah Nicolaus Copernicus dan Galileo Galilei menjadi korban akibat dari teorinya yang menentang teori Gereja pada masa itu.
Ismail Ahmad dan unggahannya adalah korban dari otoritas yang berwenang. Kritikannya diciduk, dikepoin, lalu dibungkam. Ia bahkan tidak diberi ruang untuk menyuarakan kebenaran. Malah direkomendasi agar meminta maaf dan menghapus unggahannya. Bukankah ini merupakan suatu langkah mundur yang dapat diserupakan dengan kondisi Romawi di abad kegelapan ?.
Dengan adanya kasus ini, selera humor kita tak lantas harus surut. Sebaliknya, humor mesti digalakkan di tengah kondisi serba ketat seperti sekarang. Mengingat, Indonesia adalah negeri yang mana masyarakatnya sudah hobi dengan humor. Jangan pernah takut humor dibuat repot kayak humornya Gus Dur itu. Humorku, humor anda, humor kita, mesti dijaga tanpa ada intimidasi atau represi dalam bentuk apapun. Jangan sampai Indonesia kita darurat humor. Atau apa yang dikatakan Indro Warkop DKI "tertawalah sebelum tertawa itu dilarang" akan jadi kenyataan. Wallahua'lam.
Dahsyatnya humor telah diperagakan Gus Dur, saatnya kita melanjutkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H