Mohon tunggu...
Muhammad Suryadi R
Muhammad Suryadi R Mohon Tunggu... Lainnya - Founder Lingkar Studi Aktivis Filsafat (LSAF) An-Nahdliyyah

Tall Less Write More

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Humor Aja Kok Dibuat Repot

18 Juni 2020   15:01 Diperbarui: 18 Juni 2020   16:53 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ismail Ahmad orang Kepulauan Sula, belum lama ini membuat khalayak sosial media hingga sosial sungguhan geger. Pria asal Maluku Utara ini berhasil mengalihkan perhatian polisi Kepulauan Sula. Ramai-ramai, ia menjadikan dirinya berhasil dikepoin para polisi. Ia bahkan menyabet rangking tertinggi pada dunia perviralan. Ia sekaligus mengjungkalkan posisi Komika Emon yang sebelumnya menduduki ranking pertama akibat kritikannya terhadap putusan hukuman terkait kasus penyiraman Novel Baswedan.

Gegara unggahannya yang mencomot ucapan Gus Dur "hanya ada tiga polisi jujur, yaitu patung polisi, polisi tidur, dan polisi Hoegeng", sehingga ia harus meladeni kepoan para polisi itu. AS Hikam penulis buku Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita menuturkan bahwa ia pertama kali mendengar Gus Dur melontarkan humor itu pada saat bertamu ke rumah Gus Dur pada tahun 2008.

Tapi kasus tersebut sudah diselesaikan secara damai. Ismail Ahmad telah menyampaikan permohonan maaf. Kemudian disusul klarifikasi aparat kepolisian Kepulauan Sula melalui Kapolres Kepulauan Sula AKBP Muhammad Irvan. Meski berakhir, tetap saja mengundang tanda tanya. Ada apa dengan humor ?. Humor itukan membuat orang tertawa tapi mengapa ruang-ruang sebercanda itu---humor---lantas membuat orang tegang? Mestinya sih, humor harus dibalas humor, tidak mesti diciduk segala.

Saya secara pribadi geli melihat kasus tersebut. Mestinya, yang dikepoin itu kan Gus Dur bukan yang mencomot itu. Mengapa bukan keluarga Gus Dur yang dikepoin gitu loh? Atau paling tidak mengklarifikasi langsung ke Ciganjur tempat kediaman keluarga Gus Dur.

Humor Gus Dur telah menginspirasi Ismail Ahmad pria berusia 41 tahun itu. Sebagaimana diketahui, Gus Dur semasa hidupnya sangat identik dengan humor. Hampir di setiap kesempatan sering melontarkan humor, dalam situasi tegang ataupun dalam situasi biasa-biasa saja. Gus Dur tidak pernah peduli apakah dilontarkan di tempat umum atau di internalnya sendiri. Tidak peduli apakah di dalam negeri atau untuk orang luar negeri. Dan lucunya, Gus Dur tak peduli bagaimana tanggapan orang lain.

Gus Dur seolah mengajarkan kepada kita, bahwa, humor memiliki power yang cukup dahsyat. Gus Dur sendiri sudah mengalami itu, baik sebagai Ketua Umum PBNU atau ketika menjabat sebagai Presiden RI ke-4. Gus Dur menjadikan humor sebagai medan kritik yang sangat elegan yang jarang dilirik orang. Inilah fungsi humor versi Gus Dur. Bagi Gus Dur, Humor dapat membuat orang tertawa tapi kadang kala membuat orang terganggu. Tapi, jika sampai ada yang terganggu, maka berarti tergolong hamba yang masih amatiran.

Nur Khalid Ridwan dalam bukunya Ajaran-Ajaran Gus Dur menjelaskan sosok Gus Dur dengan sangat apik. Spiritual Gus Dur tidak hanya dalam tetapi juga pandai melakukan aksi-aksi kritis. Ia (Gus Dur) sangat pandai mengkritik sekaligus merangkul. Alissa Wahid mengatakan, "humor bagi Gus Dur adalah cerminan daya tahan masyarakat yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan". Gus Dur dan humor mungkin identik sehingga tidak salah jika ia diberi julukan the making humor of Indonesia.

Viralnya kasus Ismail Ahmad bukan lantaran unggahannya mengenai humor milik Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tersebut, tetapi, setidaknya menurut penulis, bahwa humor tersebut sudah berani diseret-seret ke ranah hukum. Humor sudah dibuat sedemikian menyusahkan. Humor kok dibuat repot kayak gini. Atau jangan-jangan masyarakat RSA (Repressif State Aparatus)---sebagaimana diistilahkan Louis Althisser---itu sudah mulai terganggu dengan humor ?. Atau mungkinkah karena faktor tidak memiliki selera humor? Entahlah. Saya juga nggak punya datanya.

Dari kasus Ismail Ahmad kita mesti banyak belajar lagi tentang humor. Menyatakan pendapat dengan humor adalah kebebasan. Hal ini dijamin dalam konstitusi. Dan sebaiknya kekebasan menyatakan humor mesti dilindungi oleh para penegak konstitusi. Unggahan Ismail Ahmad yang dikepoin oleh aparat adalah salah satu indikasi---diantara banyaknya indikasi---kemunduran berdemokrasi di Indonesia. Negara mesti mengakomodir kritikan, tidak dengan mematikannya. Demokrasi harus diseimbangkan dengan kritikan agar tercipta check and balances dalam mewujudkan suatu tatanan negara yang ideal.

Melancarkan kritikan dengan humor sah-sah saja. Itu sudah biasa. Dan sebaiknya harus bisa diterima sebagai langkah merehabilitasi kesalahan dan keburukan-keburukan yang pernah ditorehkan atau tak sengaja diciptakan. Tapi jika humor bernada kritikan sudah dikepo-kepoin atau diciduk-cidukin, maka, bisa saja menciduk tukang humor kritis akan menjadi suatu tren baru. Semoga tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun