Berbagai kejadian pasti diawali oleh berbagai peristiwa besar. Sejak Revolusi Industri ke-4---atau dalam bahasa kerennya 4.0---dilaunching di Jerman pada tahun 2011 dalam acara Hannover Trade Fair, dunia sedang memasuki zaman baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.
 Dimana semua mimpi akan mampu diwujudkan. Umat manusia akan mengelilingi dunia dalam waktu sekejap. Manusia segera akan menstransfer kehidupannya ke dalam dunia digital.
Erik Bynjolfson menjelaskan era ini sebagai mesin kedua dimana seluruh aktivitas manusia akan dihabiskan dengan perangkat dan teknologi digital. Seluruh kehidupan akan dikendalikan secara penuh oleh mesin otomatisasi dan penciptaan hal-hal baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Sejak diberlakukannya lockdown di seluruh dunia, hampir seluruh kegiatan manusia dipindahkan ke dalam sistem daring. Manusia ramai-ramai bermigrasi dari dunia nyata ke dunia maya. Seluruh transaksi, kegiatan pendidikan, acara pertelevisian dan drama-drama dilakukan serba online.
Seolah ini penanda sedang berlangsungnya revolusi besar-besaran umat manusia. Revolusi 4.0 tersebut tidak lain adalah revolusi infotek dan revolusi digital.Â
Terjadi perubahan radikal dalam sistem pemrosesan informasi dan komputasi digital. Perusahaan data raksasa sekelas Google mampu mengkomputasi dan menyiapkan segala kebutuhan informasi seluruh manusia.
Tak hanya itu, dengan memanfaatkan Big Data mesin penelusuran dapat mengetahui preferensi kebutuhan manusia bahkan dapat menentukan pilihan manusia itu sendiri. Noah Harari mengatakan Revolusi infotek menghasilkan algoritma Big Data yang dapat memonitor dan memahami perasaan yang jauh lebih baik dari manusia itu sendiri.
Sejak ditemukannya Kecerdasan Buatan Artificial Intelligences, perubahan terus-menerus terjadi. AI menunjukkan keanggihannya. Meringankan pekerjaan manusia. Di saat-saat tertentu AI ini dapat menggantikan peran-peran manusia di berbagai sektor kehidupan.Â
Sebagai Klaus Schwab memprediksi bahwa Revolusi Otomatis ini akan menimbulkan efek kehancuran berupa disrupsi  yang disokong oleh teknologi. Yang pada giliran akan merelokasi keterampilan ke tempat yang lain.
Di India, Rumah Sakit Stanley Medical di Chennai mengerahkan robot untuk mencegah tenaga medisnya tertular pandemic Corona. Di China, Drone menjadi alat pengawasan. Drone China dirakit dengan konfigurasi Big Data yang digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh warganya apakah terjangkit Corona atau tidak.
Corona mungkin adalah babak pembuka untuk memassifkan era infotek dan digitalisasi. Atau wabah ini sekedar badai yang segera lalu yang datang hampir bersamaan sejak dimulainya gelombang Revolusi Industri 4.0. Kita bisa lihat, hari ini kehidupan serba daring sejak Corona mewabah.Â