Mohon tunggu...
BUNGA DEA RANIA RIZKI
BUNGA DEA RANIA RIZKI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010147

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB | Dosen Pengampu: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak | Universitas Mercu Buana Jakarta | Prodi S1 Akuntansi | Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kemampuan Memimpin Diri dan Upaya Pencegahan Korupsi, dan Etik: Keteladanan Mahatma Gandhi

21 Desember 2024   15:42 Diperbarui: 21 Desember 2024   15:42 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPT Modul Dosen Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

PPT Modul Dosen Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak
PPT Modul Dosen Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Sumber inspirasi untuk mencegah pelanggaran etika dan korupsi adalah nilai-nilai Mahatma Gandhi, termasuk Ahimsa (tanpa kekerasan) dan pengendalian diri. Ahimsa, yang berarti tidak menyakiti, menunjukkan betapa pentingnya melakukan keadilan dan integritas dalam setiap tindakan. Dengan menjaga transparansi dan kejujuran, prinsip ini mendorong kita untuk menghindari tindakan tidak etis seperti korupsi. Doktrin pengendalian diri, yang mencakup pengendalian terhadap kekerasan, keserakahan, ketidakjujuran, dan nafsu berlebihan, juga berfungsi sebagai panduan untuk membangun karakter yang kuat yang mampu menghadapi godaan duniawi. Gandhi juga menekankan betapa pentingnya untuk mengenali dan mengendalikan "Sad Ripu", atau enam musuh dalam diri kita, yaitu keserakahan, amarah, iri hati, tamak, mabuk dan kebingungan. Mereka sering menjadi dasar perilaku yang tidak etis dan korup.

Untuk menjadi agen perubahan, kita perlu berubah. Ini berarti melakukan introspeksi dan berkomitmen pada prinsip-prinsip etika dan moral. Tindakan sehari-hari seperti menolak suap atau penyalahgunaan wewenang dapat memberi inspirasi kepada orang lain di sekitar kita. Selain itu, sangat penting untuk mendorong penerapan sistem yang jelas dan akuntabel di masyarakat dan di tempat kerja. Menciptakan budaya antikorupsi yang berkelanjutan melibatkan pendidikan dan penyebaran nilai-nilai etika. Kita dapat mengikuti jejak Mahatma Gandhi dalam menciptakan perubahan positif di lingkungan kita dengan menerapkan prinsip-prinsip ini.

PPT Modul Dosen Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak
PPT Modul Dosen Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Mahatma Gandhi, yang terkenal dengan filosofi kejujuran, kesederhanaan, moralitas, dan perjuangan tanpa kekerasan, menekankan bahwa perubahan besar dalam masyarakat harus dimulai dari perubahan individu melalui kepemimpinan diri. Dalam konteks pencegahan korupsi dan pelanggaran etik, Gandhi mengajarkan bahwa setiap orang harus bertindak sebagai penjaga moral bagi dirinya sendiri. Langkah-langkah berikut dapat diambil untuk menjadi agen perubahan dalam mencegah pelanggaran dan melawan kekuasaan yang tidak adil:

1. Memahami Prinsip Ahimsa dan Satya

Ahimsa (Perlawanan Tanpa Kekerasan): Ahimsa mengajarkan bahwa kekerasan fisik atau lisan tidak selalu diperlukan untuk mengubah sesuatu. Ini adalah cara untuk berbicara, bernegosiasi, dan menyelesaikan masalah secara damai dalam dunia kerja. Misalnya, kritis kebijakan yang tidak adil di tempat kerja dengan cara yang resmi dan terhormat tanpa menimbulkan permusuhan. Satya (Keteguhan pada Kebenaran): Seseorang harus berkomitmen pada kebenaran, baik dalam perkataan maupun dalam tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti laporan keuangan yang jujur, menghindari data yang dimanipulasi, dan memberikan informasi yang akurat kepada pihak yang berkepentingan.

2. Mengembangkan Integritas Pribadi

Integritas dimulai dengan kemandirian. Bahkan dalam keadaan sulit, belajar untuk mempertahankan nilai-nilai moral. Meskipun ada tekanan dari atasan atau lingkungan kerja, jangan tergoda untuk terlibat dalam praktik korupsi. Lakukan refleksi diri secara rutin untuk menilai apakah keputusan yang Anda buat sudah sesuai dengan nilai-nilai keadilan dan kejujuran. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk memperbaiki diri dan menghindari kesalahan yang sama.

3. Menjadi Contoh dalam Perilaku Etis

Jadilah panutan bagi orang-orang di sekitar Anda dengan menunjukkan bahwa Anda dapat dipercaya. Misalnya, jika Anda mengatakan bahwa Anda harus transparan dan bersikap terbuka saat membuat keputusan dan berperilaku dengan cara yang konsisten, Anda akan membangun reputasi sebagai orang yang jujur dan adil, yang pada akhirnya dapat mendorong orang lain untuk mengikuti jejak Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun