Yogyakarta merupakan kota yang memiliki banyak destinasi wisata. Wisata tersebut dapat berupa wisata alam, wisata budaya, hingga wisata sejarah. Yogyakarta kaya sekali akan sejarah. Banyak saksi sejarah berupa manusia yang mengalami langsung atau cerita yang diteruskan ulang secara turun temurun, namun juga terdapat saksi bisu berupa bangunan-bangunan bersejarah, monumen, hingga jalannya.Â
Dalam segi bangunan, kota Yogyakarta hingga kini masih kental dengan gaya Eropanya. Bangunan dengan gaya tersebut kini digunakan sebagai kantor-kantor penting baik bagi pemerintahan maupun swasta. Maka Kota Yogyakarta ini cocok disebut sebagai kota wisata.
Wisata utama yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta adalah Jalan Malioboro. Di sepanjang Jalan Malioboro ini banyak sekali bangunan bersejarah sebagaimana yang telah disebut di atas. Jika kita menyusuri jalan ini hingga ke titik nol, maka kita akan menjumpai bangunan-bangunan warisan masa kolonial di tengah hiruk pikuknya pertokoan.Â
Di antara bangunan bersejarah tersebut terdapat bangunan yang bernama Benteng Vredeburg. Bangunan benteng ini terletak di depan Gedung Agung dan Keraton Kesultanan Yogyakarta. Dari lokasinya ini, lokasi Benteng Vredeburg merupakan lokasi yang strategis mengingat letaknya yang dekat dengan pusat pemerintahan dan pusat kota.
Benteng Vredeburg kini ada dalam kawasan Museum Benteng Vredeburg. Benteng ini dimuseumkan baru-baru ini dengan tujuan guna meningkatkan daya tarik wisata dan pemeliharaan bangunan. Hal ini penting dilakukan karena Benteng Vredeburg merupakan warisan bangunan yang sudah ada sejak lebih dari dua setengah abad yang lalu. Awal mula pembangunan benteng ini dilakukan pada pertengahan abad kedelapan belas, tepatnya pada tahun 1760 dengan tujuan awal untuk melindungi dan menjaga keamanan Keraton dan wilayah sekitarnya dari serangan lawan (Septiyani, 2021).Â
Munculnya pembangunan benteng ini pun tidak dapat dilepaskan dari kondisi perpolitikan pada saat itu ketika lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Pada saat itu terdapat konflik antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi yang kemudian diselesaikan dengan campur tangan Belanda. Dengan demikian, alasan sebenarnya didirikan benteng ini adalah untuk memudahkan Belanda dalam mengawasi segala kegiatan dari pemerintahan Keraton Yogyakarta, bukan hanya semata-mata untuk menjaga keamanan Keraton dari serangan.
 Merujuk pada laman Sejarah Singkat di website resmi pihak Museum Benteng Vredeburg, diterangkan bahwa pendirian Benteng Vredeburg ini diinisiasi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan dari pihak Belanda yaitu Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa yang bernama Nicholaas Harting. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, pembangunan benteng ini memiliki dua kepentingan.Â
Kepentingan pertama, yaitu bagi pihak Keraton Yogyakarta yang setuju dengan Belanda bahwa harus dibangun suatu bangunan untuk melindungi keraton dari serangan. Selanjutnya kepentingan kedua, yaitu bagi pihak Belanda yang ingin mengawasi kegiatan pemerintahan di Keraton Yogyakarta karena Belanda khawatir akan ada serangan balik dari pemerintahan keraton ke pihaknya (Puspita, 2012). Â
Hal ini dibuktikan dengan adanya meriam yang langsung menghadap ke bangunan Keraton Yogyakarta yang siap ditembakkan apabila terdapat penyerangan pada Belanda. Damaledo (2021) menyatakan bahwa keberadaan meriam ini menunjukkan bahwa fungsi benteng tersebut sebenarnya dimanfaatkan sebagai benteng penyerangan, intimidasi, sekaligus strategi dari Belanda. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa dalam pendirian benteng ini terdapat campur tangan Belanda untuk mewujudkan politiknya.
Benteng ini mulanya disebut sebagai benteng kompeni yang hanya memiliki bangunan sederhana. Tembok dari benteng ini pada mulanya hanya dibuat menggunakan tanah dengan tiang penyangganya berupa kayu dari pohon kelapa. Kesederhanaan tersebut ditunjang dengan atap benteng yang pada mulanya hanya ditutup menggunakan ilalang. Dengan kesederhanaan unsur bangunannya, benteng tersebut kemudian dibangun dengan bentuk persegi yang memiliki empat buah sudut. Keempat sudut ini memiliki namanya masing-masing yaitu Jaya Wisesa (sudut barat laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna (sudut tenggara).
Pada tahun 1787 ketika pemerintahan Belanda di Indonesia dipimpin oleh Gubernur Johannes Sioeberg, benteng ini diminta untuk dibangun dengan unsur bangunan yang lebih kuat. Sri Sultan Hamengkubuwono I menyetujui permintaan tersebut sehingga kemudian terjadilah penguatan bangunan terhadap benteng tersebut.Â
Penguatan bangunan pada benteng ini selesai pada tahun 1787 yang kemudian dinamai dengan benteng Rustenburgh. Keberadaan Benteng Rustenburgh ini digunakan sebagai benteng kompeni. Adapun nama Rustenburgh sendiri artinya adalah tempat istirahat (Sayidi, 2022). Maka demikian, penamaan Benteng Rustenburgh ini bermakna bahwa benteng tersebut menjadi tempat peristirahatan kompeni, yaitu Belanda. Setelah penyempurnaan bangunan benteng ini, pihak Belanda kemudian mendominasi kekuasaan atas penggunaan benteng meskipun tanahnya miliki pemerintahan Kasultanan Yogyakarta.
Seiring dengan perubahan kekuasaan kolonialisme di Indonesia, kepemilikan Benteng Rustenburgh ini turut sering berganti alih. Ketika Indonesia dikuasai oleh VOC, maka benteng ini digunakan untuk kepentingan VOC. Begitu pun ketika kolonialisme di Indonesia sedang dikuasai  oleh Inggris, benteng ini pun penggunaannya diambil alih oleh Inggris. Ketika benteng ini dikuasai oleh Inggris, hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dengan Belanda makin terlihat dengan baik. Kemudian saat Belanda mengambil alih kembali Indonesia dari Inggris, maka benteng ini kemudian dikuasai lagi oleh Belanda.
Yogyakarta pernah dilanda oleh bencana alam gempa bumi dengan kekuatan besar sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat pada tahun 1867. Benteng Rustenburgh ini tidak luput dari kerusakan yang disebabkan oleh gempa tersebut. Akibat gempa tersebut, banyak bangunan yang roboh termasuk bangunan-bangunan utama.Â
Hancurnya bangunan ini kemudian segera diatasi dengan diadakannya pembangunan kembali bagi bangunan yang rusak parah. Selain pembangunan kembali pada gedung yang hancur, benteng ini pun kemudian mengalami pembenahan pada bagian-bagian yang rusak. Setelah selesai dibangun kembali inilah, Benteng Rustenburgh kemudian diganti namanya menjadi Benteng Vredeburg. Secara bahasa, Vredeburg ini memiliki arti sebagai suatu perdamaian. Penamaan ini didasarkan pada sikap masing-masing pihak, baik Belanda maupun Indonesia, yang tidak saling menyerang dan berupaya untuk menjaga perdamaian.
Sejak saat itu, benteng ini tidak lagi hanya sekedar benteng kompeni untuk tempat beristirahat. Lebih jauh, keberadaan benteng ini telah menunjukkan adanya hubungan baik antara pihak Belanda dan Kasultanan Yogyakarta. Namun demikian, fungsi awal benteng ini sebagai benteng pertahanan bagi Belanda tetap dijalankan. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya bangunan lain yang difungsikan sebagai markas tentara Belanda. Markas tersebut di antaranya berupa rumah perwira, asrama tentara, gudang senjata, dan rumah sakit. Keamanan di benteng ini dapat dikatakan sangat aman sehingga sering digunakan pula sebagai tempat menginap bagi para residen yang sedang berkunjung ke Kota Yogyakarta.
Menurut Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta (2019), saat Indonesia diduduki oleh Jepang, benteng ini pun turut terdampak dengan dibuktikan adanya pengalihan kekuasaan ke tangan Jepang. Benteng ini digunakan pula oleh Jepang sebagai markas militernya. Namun kedudukan Jepang di benteng ini pun tidak lama seiring dengan tidak lamanya pula pendudukan Jepang di Indonesia.Â
Setelah Jepang pergi, Indonesia memasuki masa kemerdekaan sehingga benteng ini kembali menjadi milik Indonesia. Oleh sebab pada dasarnya benteng ini merupakan benteng pertahanan, maka ketika Indonesia merdeka pun benteng ini digunakan sebagai markas pertahanan Tentara Nasional Indonesia hingga tahun 1977.Â
Kemudian setelah tahun 1977 benteng ini dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan dijadikan sebagai gedung Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara. Penggunaan ini tidak lama karena pada tahun 1985 benteng ini kemudian dijadikan sebagai museum dan dapat dikunjungi oleh masyarakat umum (Annisa dan Dewi, 2022).
Fungsi bangunan Benteng Vredeburg sebagai museum ini terus berlanjut hingga hari ini. Penamaan benteng ini sebagai museum memiliki banyak pergantian nama. Hingga kini nama yang disematkan pada benteng ini adalah Museum Benteng Vredeburg. Pemugaran Benteng Vredeburg menjadi museum ini meningkatkan daya tarik benteng ini sebagai tempat wisata dan pendidikan khususnya di Kota Yogyakarta. Museum ini berdiri dengan tujuan untuk pengembangan, pemanfaatan, dan perlindungan koleksi. Koleksi ini terhimpun secara menyeluruh tentang pengetahuan sejarah Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi benteng ini kini sudah berbeda dengan fungsi Benteng Vredeburg yang sebenarnya.
Keberadaan museum ini kini dijadikan sebagai tempat wisata bagi orang-orang yang berkunjung ke Yogyakarta. Estetika bangunannya yang khas dengan Eropa dan tempatnya yang strategis menjadi daya tarik yang kuat dalam memikat wisatawan untuk datang. Apalagi kini benteng ini ada di bawah pengelolaan benteng sebagai museum yang salah satunya memiliki fungsi rekreatif. Dengan demikian, keberadaan benteng ini telah menambah banyak sekali pilihan wisata sejarah di Kota Yogyakarta.
Referensi:
Annisa, F. P. R. dan Dewi, F. (2022). Kegiatan Preservasi di Museum Benteng VredeburgYogyakarta Sebagai Salah Satu Upaya Pelestarian Pengetahuan Masa Lampau. Al-Kuttab: Jurnal Kajian Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan, 4Â (1). hlm 79-90.
Damaledo, Y. D. (2021). 5 Wisata Sejarah di Yogyakarta, Monjali hingga Benteng Vredeburg. Â [Online]. Diakses dari: https://tirto.id/5-wisata-sejarah-di-yogyakarta-monjali-hingga-benteng-vredeburg-gvay
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. (2019). Museum Benteng Vredeburg. [Online]. Diakses dari: https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/317
Museum Benteng Vredeburg. (2019). Sejarah Singkat Museum. [Online]. Diakses dari: https://vredeburg.id/id/page/sejarah-singkat
Puspita, D. S. (2012). Museum Benteng Vredeburg Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana.
Sayidi, Z. (2022). Tahukah Kamu? Benteng Vredeburg Jogja Dulu Bernama Benteng Rustenburg. [Online]. Diakses dari: https://www.tinemu.com/temu-lawas/pr-3173710759/tahukah-kamu-benteng-vredeburg-jogja-dulu-bernama-benteng-rustenburg
Septiyani, K. (2021). Sejarah Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Berdiri Kokoh sejak 1760. [Online]. Diakses dari: https://travel.kompas.com/read/2021/09/17/121600727/sejarah-museum-benteng-vredeburg-yogyakarta-berdiri-kokoh-sejak-1760?page=all.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H