Mohon tunggu...
Bunga Aliviah
Bunga Aliviah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teknik-teknik Bimbingan Konseling pada Siswa Sekolah Dasar

30 Mei 2017   11:09 Diperbarui: 30 Mei 2017   11:12 10964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa Teknik yang Dapat Digunakan untuk mengatasi masalah pada Middle Childhold dan pra-remaja:

  • Konseling Melalui Bermain: Menurut Baruth dan Robinson III (1987), salah satu bentuk konseling yang sering digunakan untuk anak usia sekolah ini adalah konseling melalui bermain. Cara ini didasarkan pada fakta bahwa bermain merupakan cara natural bagi anak untuk mengekspresikan diri. Jadi bermain anak memperoleh kesempatan untuk play out perasaan-perasaan dan masalahnya.
  • Friendship Group: Baruth dan Robinson III (1987) menyebutkan suatu cara lain, yaitu dengan pelatihan “kelompok pertemanan”. Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah untuk menjajaki hubungan teman sebaya (peer) yang positif. Kelompok yang dibentuk bersifat heterogen (laki, perempuan, berbagai etnik, dan lain-lain). Pemilihan anggota kelompok ini berdasarkan pada minta dan rujukan oleh guru, asesmen dilakukan oleh konselor untuk memilih setiap anggota kelompok dalam satu kelompok. Pada dasarnya melalui kelompok ini anak belajar mengenai arti persahabatan serta aturan-aturan penting dalam hubungan persahabatan. Mereka diminta untuk mengobservasi teman kelompoknya, bermain peran, berdiskusi mengenai minat dan kelebihan masing-masing dan kemudian ditutup dengan pengungkapan kesan-kesan dari pertemuan mereka selama ini dalam pesta perpisahan.
  • Eksplorasi dari Isi Mimpi: Anak-anak pada dasarnya hidupnya banyak diselimuti mimpi, entah itu mimpi dalam arti bunga tidur maupun mimpi dalam arti impian, harapan atau cita-cita. Anak-anak yang menyangkal mimpi atau mengatakan tidak ingat isi mimpi mereka biasanya tidak menolak untuk mengarang sebuah mimpi atau berpura-pura bahwa mereka bermimpi. Isi dari “mimpi buatan” ini dapat memberi wawasan lebih lanjut tentang kehidupan fantasinya. Eksplorasi dari mimpi anak dapat menjadi sarana yang bemanfaat untuk masuk ke dalam pikiran dan perasaan yang mungkin tidak disadari oleh anak.
  • Menggunakan Board Games dan Aktivitas Formal Lainnya: Barker (1990), menggunakan board games (seperti ular tangga, halma, dll) untuk menjalin kontak dengan anak-anak yang enggan untuk bicara banyak tentang dirinya sendiri dalam percakapan dan tidak dapat bermain dengan bebas dengan mainan dan materi-materi bermain lainnya yang ada. Board games atau permainan berstruktur formal lainnya, bisa lebih daripada hanya sarana untuk menjalin rapport dan membuat anak merasa nyaman. Misalnya dapat dilihat rasa percaya diri anak, kemauannya untuk bermain sesuai dengan peraturan dan tidak bermain curang. Rasa marah, sedih, putus asa, takut gagal, kemampuan menikmati permainan atau ekspresi untuk sukses dapat dilihat dari cara dan sikap anak dalam bermain

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun