Contoh lain:  Sesuai dengan prinsip mereka tentang Mekanisme Pasar, jelaslah harga-harga akan merangkak naik jika permintaan digenjot naik yang mereka sebut pertumbuhan ekonomi, sedangkan suplai dari alam tak mungkin dapat digenjot habis-habisan yang berarti mengarah kepada kepunahan (bukan kelangkaan). Jelaslah kebutuhan (permintaan akan) energi akan naik dan berarti harga-harga akan naik untuk yang mereka sebut pertumbuhan ekonomi. Dan menurut mekanisme pasar yang mereka anut, dengan naiknya permintaan agar mendukung pertumbuhan ekonomi sedangkan suplainya relatif tetap maka harga yang tinggi akan menjadi alat seleksi permintaan-permintaan mana yang dapat dipenuhi atau yang mereka sebut kompetisi. Karena harga tinggi hanya bisa dilunasi oleh mereka yang berpendapatan tinggi (lebih kaya) maka tentu saja permintaan mereka yang kaya saja yang terpenuhi. Itulah pengejawantahan mekanisme pasar yang mereka anut tentang pendistribusian.
Saya anggap, "ilmu" ekonomi ini tak hanya membuat tingkat depresi tinggi di negara-negara Barat sendiri dan penyebab bunuh diri tinggi di negara-negara Asia Timur, tetapi juga membuat susah masyarakat umum di Indonesia yang kesulitan dalam mengikuti "aturan main" yang ditentukan sekolah-sekolah tinggi dengan para akademisi dan lulusannya itu.   Atau dengan kata lain, "ilmu" ekonomi yang diajarkan di perguruan-perguruan tinggi itu berbahaya, cepat atau lambat. Negara-negara yang katanya majupun saat ini sudah terlihat gelagatnya kesulitan dalam mengikuti "ilmu" ekonomi. Jadi tak berlebihan jika dikatakan "semakin banyak lulusan IPS, semakin hancur peradaban". Tinggalkan IPS yang buruk itu dan buat lagi yang baru dengan pemikiran-pemikiran yang tak hanya Barat tetapi dari Timur seperti Indonesiapun perlu berani berpikir mandiri dan memberikan kontribusi.
IPA
Saat tanah Arab menguasai IPA, maka saat itu disebut zaman keemasan Arab. Demikian pula, negara-negara Barat (bule) dengan penguasaan IPA nya pada saat ini, dikatakan era ini adalah era mereka. Saat ini negara-negara yang disebut "berkembang" (meliputi Asia, Afrika, Amerika Latin atau non bule) punya persamaan, yaitu pengetahuan akan alam atau penguasaan IPA nya sangat lemah.
Jika kita lihat dari segi pertukaran atau niaga, masyarakat Indonesia membutuhkan transportasi, alat-alat telekomunikasi, gajet-gajet, pembangkit listrik, satelit dan lain-lain yang tak dapat dibuat sendiri oleh masyarakat Indoensia dan oleh sebab itu perlu bertukar dengan orang-orang asing yang dapat menyediakan barang-barang tersebut. Ditukar dengan apakah barang-barang berbasis IPA tinggi itu? Saat ini karya-karya asing berbasis IPA tinggi ini ditukar terutama dengan bahan-bahan mentah yang "kebetulan" ada di bumi Indonesia dan hutang yang menumpuk. Tak heran jika terjadi kerusakan alam karena eksploitasi bahan-bahan mentah dalam negeri untuk barang-barang berbasis IPA produksi luar negeri (asing) ini dan hutang yang tak lunas.
Sayangnya, mungkin memang dikondisikan "negara-negara berkembang" tak menguasai IPA dengan baik agar ketergantungan terhadap Barat akan langgeng.   Mungkin memang dikondisikan IPA hanya diartikan sebagai "makan sekolahan" atau "gelar-gelar kesarjanaan" untuk berbangga-bangga daripada pengetahuan dan keahlian itu sendiri untuk berkarya dan melayani. Atau IPA dikondisikan agar dianggap "makanan orang pintar" agar tak menjadi budaya (masyarakat umum yang rata-rata). Atau IPA dikondisikan agar dianggap momok sehingga lebih dihindari daripada didekati untuk dipelajari. Atau IPA dikondisikan sebagai pelajaran tentang rumus-rumus (hasil pemikiran Barat) dan bagaimana menggunakan rumus-rumus diatas kertas daripada menerapkannya pada dunia nyata. Atau IPA dikondisikan agar dianggap sebagai "kelaki-lakian" agar tak menjadi budaya (masyarakat umum, laki-laki dan wanita).
Sebaiknya anggapan-anggapan yang menjauhkan manusia dari IPA diabaikan saja. Dengan mulai membudayakan pencaritahuan akan IPA diharapkan akan mengarah kepada masyarakat berbudaya IPA yang artinya masyarakat yang menguasai pengetahuan tentang alam yang memadai, mulai dari pengetahuan tentang hal-hal kecil sampai berkelanjutan. Yang jelas, IPA letaknya bukan dimenara gading, tetapi selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari manusia.  Misalnya, peredaran malam dan siang, tubuh manusia, bangunan, air, udara, makanan, bahan-bahan mentah, hp, komputer, transportasi, bahan bakar, pengolahan bahan-bahan termasuk bahan-bahan bekas, dan semua hal di sekitar kita adalah IPA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H