Mohon tunggu...
Bunga SyntyaClau
Bunga SyntyaClau Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Bersukacitalah dalam Segala Hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Kurikulum Prototipe, Demokrasi Pendidikan Menurut Perspektif John Dewey

28 Desember 2021   23:30 Diperbarui: 28 Desember 2021   23:33 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Bunga Syntya Claudya 

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ 

Pandemi masih belum usai dan hingga kini pembelajaran jarak jauh masih harus dilakukan. Di lain sisi, Kemendikbud Ristek pun terus menyusun strategi untuk mengatasi kehilangan pembelajaran (learning loss) yang dialami siswa selama pembelajaran jarak jauh berlangsung. Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Anindito Aditomo mengatakan hasil evaluasi tersebut menguatkan Kemndikbud Ristek dalam merancang Kurikulum Prototipe yang akan diterapkan pada tahun 2022 agar pembelajaran lebih efektif. Menurut Anindito, Kurikulum Prototipe yang akan diterapkan pada tahun 2022 akan memberi kesempatan kepada siswa agar mendapatkan banyak ruang untuk mengembangkan karakter dan melatih kompetensi.

            Salah satu dampak dari akan diterapkannya kurikulum prototype tahun 2022 adalah rencana penghapusan sekat -- sekat di antara penjurusan IPA, IPS dan Bahasa.  Sebagaimana dikutip dari medcom.id, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibudristek) menjelaskan bahwa akan melepas sekat-sekat antara jurusan IPA, IPS dan Bahasa di jenjang pendidikan SMA, utamanya kelas 11 dan 12. Sehingga dalam hal ini, yang terjadi adalah tidak ada lagi pengotak-ngotakan siswa kelas 11 dan 12 dalam jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Hal ini berarti akan memberi kesempatan kepada siswa agar lebih fleksibel dalam memilih mata pelajaran yang sesuai dengan passion dan kariernya di masa mendatang. 

            Sejalan dengan kebijakan ini, siswa dapat mengkombinasikan mata pelajaran dari dua kategori, misalnya dari kategori mapel IPA dan IPS atau dari kategori IPA dan bahasa. Sehingga siswa dapat melihat dan meracik serta memilih sendiri mata pelajaran yang diinginkan seperti menu ala carte yang tersedia di restoran cepat saji. Dalam hal ini, siswa mendapatkan kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang diinginkan sesuai dengan minat bakat serta referensi profesi yang akan datang. Meskipun demikian, siswa tetap harus mempelajari mata pelajaran wajib seperti Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Seni Musik, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Sejarah dan mata pelajaran umum lainnya disamping mata pelajaran pilihan.

            Tujuan dari penerapan kurikulum prototipe pada tahun 2022 khususnya dalam program penghapusan sekat -- sehat penjurusan adalah memberi kesempatan pada siswa untuk menekuni minatnya secara lebih fleksibel. Sehingga, contoh penerapannya yaitu seperti yang dijelaskan oleh Anindito yaitu "misalnya terdapat siswa yang ingin menjadi insinyur, maka ia boleh mengambil matematika lanjutan dan fisika lanjutan, tanpa mengambil biologi". Hal ini dikarenakan mata pelajaran biologi kurang memiliki banyak manfaat untuk jenjang karier sebagai seorang insinyur. Hal ini juga berlaku ketika siswa pada jurusan IPS ingin memperlajari mata pelajaran pada jurusan IPA ataupun jurusan BAHASA. Sehingga pada titik ini, siswa benar -- benar dibebaskan untuk menekuni mata pelajaran yang dinginkan untuk memperdalam minat bakat serta cita -- cita yang diinginkannya kelak.

Namun, penerapan kurikulum prototipe pada tahun 2022 ini bersifat fleksibel dan opsional. Kurikulum prototipe hanya akan diterapkan di satuan pendidikan yang berminat untuk menggunakannya sebagai alat untuk melakukan transformasi pembelajaran. Sehingga, Pihak sekolah dapat mempertimbangkan kembali dan menentukan apakah akan menggunakan kurikulum prototipe tahun 2022 ataupun tetap menjalankan Kurikulum 2013 yang saat ini diterapkan. Hingga saat ini, kurikulum prototipe tahun 2022 tengah berusaha diterapkan pada 2.500 sekolah melalui program Sekolah Penggerak.

Rencana penerapan kurikulum prototipe tahun 2022 khususnya pada program penghapusan sekat mata pelajaran penjurusan antara Jurusan IPA, IPS, dan BAHASA dapat dikaji menurut perspektif John Dewey terkait Demokrasi Pendidikan. Konsep demokrasi pendidikan John Dewey yaitu memberikan kesempatan yang seluas - luasnya kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam menentukan pendidikannya, agar ia dapat berkembang secara optimal dan wajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Maka dapat diartikan bahwa kebijakan penghapusan mata pelajaran penjurusan antara Jurusan IPA, IPS, dan BAHASA sejalan dengan konsep demokrasi pendidikan yang diimpikan oleh John Dewey. Sehingga, kebijakan penghapusan sekat mata pelajaran penjurusan yang akan diterapkan di tahun 2022 adalah hal ini yang sangat menarik karena akan menerapkan konsep demokrasi pendidikan John Dewey dalam pendidikan di Indonesia.

Lebih dalam lagi, Dewey menyebutkan bahwa pola pendidikan tradisional cenderung melupakan kondisi subyektif/internal subyek didik. Dalam hal ini, pendidikan dalam pola yang lama cenderung menyamaratakan kebutuhan siswa akan mata pelajaran tertentu tanpa mempertimbangkan kembali orientasi minat dan bakat serta profesi yang akan dijalankan masing -- masing siswa tersebut di masa yang akan datang. Padahal, seperti yang ditegaskan oleh Dewey bahwa tidak ada minat yang universal, maka minat dan kemauan masing -- masing siswa terhadap pelajaranpun berbeda-beda. Sehingga, Dewey pun berkeyakinan mengenai perlunya menempatkan siswa, kebutuhan dan minatnya sebagai sesuatu yang sentral.

Jika dikaitkan dengan konsep demokrasi pendidikan, maka Dewey sangat mendukung program penghapusan sekat pada mata pelajaran penjurusan antara Jurusan IPA, IPS, dan BAHASA yang akan diterapkan pada tahun 2022 mendatang. Sesuai dengan pernyataannya Dewey bahwa seharusnya mata pelajaran dipilih dengan mengacu pada kebutuhan siswa. Selain itu, seharusnya kurikulum tidak dibagi ke dalam bidang mata pelajaran yang bersifat membatasi dan tak wajar. Maka, berdasarkan rancangan penerapan yang telah disebutkan diatas terkait siswa yang ingin menjadi insinyur boleh mengambil matematika lanjutan dan fisika lanjutan tanpa mengambil biologi, hal ini sudah sangat sejalan dengan konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Dewey.

Kemudian, John Dewey juga melihat sekolah, secara ideal, sebagai sebuah kehidupan demokratis dan belajar lingkungan yang mana setiap orang berpartisipasi di dalam proses pembuatan keputusan. Dalam hal ini proses pengambilan keputusan oleh siswa diterapkan dalam pengambilan keputusan mata pelajaran apa saja yang akan ditempuh. Terakhir, menurut Dewey pengetahuan baru akan terjadi bila ada pengalaman baru. Oleh karena itu, semakin banyak pengalaman belajar yang dialami seseorang dengan mempelajari mata pelajaran dari jurusan lain, maka akan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya yang akan berguna untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik di masa mendatang.

Daftar Pustaka 

Gil. 2021. KURIKULUM PROTOTIPE 2022 : TAK ADA PENJURUSAN KELAS IPA-IPS DI

SMA. CNN INDONESIA.

Link : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211223141029-20-737822/kurikulum-prototipe-2022-tak-ada-penjurusan-kelas-ipa-ips-di-sma (diakses pada 27 Desember 2021).

Kasih, Ayunda Pininta. 2021. KURIKULUM PROTOTIPE 2022, KEMENDIKBUD

FASILITASI KEPSEK DAN GURU PELATIHAN. Kompas.com.

Link : https://www.kompas.com/edu/read/2021/12/24/105334171/kurikulum-prototipe-2022-kemendikbud-fasilitasi-kepsek-dan-guru-pelatihan?page=all (diakses pada 27 Desember 2021).

Putra, Ilham Pratama. 2021. BUKAN DIHAPUS, KEMENDIKBUDRISTEK LEPAS SEKAT

ANTARA JURUSAN IPA, IPS, BAHASA DI SMA. Medcom.id.

Link : https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/akW90XLN-bukan-dihapus-kemendikbudristek-lepas-sekat-antara-jurusan-ipa-ips-bahasa-di-sma (diakses pada 27 Desember 2021).

Syaifulloh, Ahmad. 2006. PEMIKIRAN JOHN DEWEY TENTANG DEMOKRASI

PENDIDIKAN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Wasitohadi. 2014. HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF JOHN DEWEY. Salatiga

: FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun