Upaya yang bersifat rescue dalam penanggulangan gizi buruk pada balita dengan melakukan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis dipuskemas maupun rumah sakit, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT) telah ditingkatkan sejak tahun 1998 (Iskandar, 2017).Â
Berdasarkan  pengumumam Kementerian Kesehatan terkait hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, jumlah prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022, dimana pemerintah pusat sendiri menargetkan tingkat prevalensi stunting pada tahun 2024 hanya berjumlah 14%. Untuk itu diperlukan kerja yang ekstra agar target tersebut dapat tercapai.
Berdasarkan data 2022 terhadap prevalensi stunting pada setiap daerah Provinsi Lampung menempati peringkat 32 dari 34 daerah dengan jumlah 15,2%, hal ini menempatkan Provinsi Lampung berada satu tingkat di bawah DKI Jakarta. Meskipun demikian, pemerintah Provinsi Lampung tetap perlu melakukan upaya penurunan tingkat prevalensi stunting agar jumlah prevalensi nasional dapat menurun. Â Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan upaya dalam mengatasi serta meningkatkan status gizi pada masyarakat, khususnya pada balita dan ibu hamil.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan pemberian makanan tambahan, Kementerian Kesehatan telah menetapkan kebijakan yang komprehensif dalam penanggulangan gizi buruk pada balita, para balita ini dipantau pertumbuhannya melalui posyandu yang dihadiri sebulan sekali, bersamaan dengan itu para orang tua diberikan edukasi terkait pencegahan serta penanggulangan gizi buruk pada balita. World Health Organization (WHO) telah memberikan standar formula pemberian PMT untuk pencegahan gizi buruk, formula tersebut terdiri dari susu, minyak, gula, tepung, dan air.Â
Selain pemberian formula yang mengacu pada standar WHO para orang tua perlu memberikan formula PMT yang yang mudah diperoleh dimasyarakat dengan harga yang terjangkau. Untuk meningkatkan PMT yang diberikan selain formula WHO, yaitu formula modifikasi berupa formula yang cukup padat energi dan protein, terdiri dari bahan yang mudah diperoleh di masyarakat dengan harga terjangkau . Untuk meningkatkan kandungan gizi, bahan-bahan tersebut dapat disubstitusi dengan bahan pangan lokal sumber protein dan vitamin A. Salah satu bahan pangan lokal yang bernilai gizi tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan tambahan yang mudah dijangkau masyarakat adalah buah naga dan buah pisang.
Secara umum kandungan dari buah naga kaya akan zat gizi dan senyawa antioksidan. Berdasarkan pada data komposisi pangan Indonesia, kandungan zat gizi dari buah naga merah sendiri meliputi: air (85,7 g), energi (71 kal), protein (1,7 g), lemak (3,1 g), karbohidrat (9,1 g), serat (3,2 g), abu (0,4 g), kalsium (13 mg) , natrium (10 mg), kalium (128mg) , fosfor (14 mg) , zat besi (0,4 mg), seng (0,5 mg), vitamin B1 (0,3 mg), vitamin B2 (0,5 mg), vitamin B3 (1 mg), vitamin C, vitamin E dan magnesium. Senyawa antioksidan potensial yang terkandung dalam buah naga adalah vitamin C, vitamin E, betalain, hydroxycinnamates, karetonoid (beta-karoten, likopen), flavonoid, betacyain dan betaxanthin. Bagi balita kandungan-kandungan ini membantu menjaga Kesehatan tulang dan gigi anak dan mengonsumsi buah naga bisa memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh balita. Sedangkan kandungan dari buah pisang per 100 gr meliputi: energi (99 kkal), protein (1,2 gr), lemak (0,2 gr), karbohidrat (25,8 gr), kalsium (8 mg), fosfor (28 mg), zat besi (1 mg), vitamin A (146 IU), vitamin B1 (0,08 mg), vitamin C (3 mg) dan asam folat. Bagi balita kandungan-kandungan tersebut membantu tubuh balita memproduksi sel darah merah dan membantu mencegah anemia.
Namun, berdasarkan penuturan tenaga kesehatan setempat informasi terkait formula PMT yang terbuat dari campuran buah naga dan pisang belum banyak di ketahui oleh masyarakat desa tersebut, padahal menurut Kepala Kampung Desa Karang Agung desa ini tersebut memiliki potensi buah naga yang cukup besar dimana terdapat perkebunan buah naga yang berada didesa tersebut. Selain itu, dari data yang kami dapatkan terdapat 7 bayi yang mengalami stunting pada daerah tersebut. Oleh karena itu, kami dari mahasiswa kkn unila, melalui program kerja yang kami rancang akan mengadakan kegiatan sosialisasi beserta demonstrasi pembuatan formula PMT yang terbuat dari buah naga dan pisang agar dapat membantu para orang tua memenuhi kebutuhan gizi pada balita serta menekan angka stunting pada desa tersebut.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi formula pmt yang disubstitusikan dengan bahan yang terbuat dari buah naga dan pisang, melalui sosialisasi ini diharapkan masyarakat khususnya para orang tua Desa Karang Agung dapat mencukupi kebutuhan gizi balita dengan bahan yang mudah didapatkan.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi PMT ini dilakukan dengan berlokasi di Balai Desa. Balai Desa mempunyai lokasi yang cukup strategis untuk melaksanakan program tersebut. Bertepat di dusun 3 yang mempunyai lokasi ditengah-tengah desa Karang Agung, tempat ini mampu menjangkau masyarakat yang berada di ujung desa dan ujung desa lainnya. Dengan tempat yang strategis masyarakat yang hadir dalam pelaksanaan program kerja ini cukup banyak sehinga pelaksanaan sosialisasi dapat maksimal dan efisien.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2024 di Balai Desa Kampung Karang Agung. Kegiatan ini dihadiri oleh Bidan Putu C selaku bidan senior di Kampung Karang Agung dan bidan lainnya serta para ibu-ibu hamil dan balita. Bidan Putu C memberikan penjelasan mengenai pentingnya MPASI dalam pengurangan angka stunting di Kampung Karang Agung. Dilanjutkan dengan penejelasan materi yang disampaikan oleh mahasiwa KKN UNILA 2024 yang mencakup pengenalan terhadap produk MPASI dari olahan buah naga dan buah pisang.
Selama pelaksanaan kegiatan, bidan juga menjelaskan secara mendalam bagaimana MPASI bisa membantu tumbuh kembang balita dan betapa penting dan tahapan pemberian mpasi pada balita. Hal ini memungkinkan para ibu-ibu posyandu dapat memberikan MPASI pada balita. Dalam antusiasme para ibu-ibu kampung karang agung tergambar harapan bahwa program ini dapaat bermanfaat dan memunculkan ide MPASI lainnya. Secara keseluruhan, kegiatan ini berjalan dengan lancar dan sukses. Dimulai dari penyampaian materi hingga praktik pembuatan produk MPASI, seluruh rangkaian acara mendapat masukan positif dari para ibu-ibu Kampung Karang Agung.
Tahap selanjutnya melibatkan eksplorasi kreatif dan pengembangan ide. Hasil dari tahap ini adalah ide-ide unik dan baru dalam produk MPASI. Namun, yang membuat pendekatan ini lebih unggul adalah kecerdasan atau ide dalam pembuatan MPASI. Ini memungkinkan para ibu-ibu mengeksplorasi makanan-makanan MPASI yang lebih mudah dan bisa didapatkan disekeliling rumah. Hasil dari ide-ide tersebut menunjukkan bahwa program kerja ini lancar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H