Mohon tunggu...
Mawarni
Mawarni Mohon Tunggu... -

:D

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Napak Tilas Kenangan

17 Desember 2015   09:35 Diperbarui: 17 Desember 2015   11:18 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Milik pribadi

 

Tempat ini masih seperti dulu

Pepohonan tinggi menjulang disisi jalan bagai payung payung raksasa

Jalan setapak dihiasi semak belukar

Memang masih seperti yang dulu

 

Aku disini menyusuri jalan kita  yang lampau

Mengenang lagi saat saat itu

Tangan kita saling bertautan erat

Menikmati pemandangan alam pegunungan

Dinginnya hawa pagi tidak terasa dalam pelukanmu

Bercanda dan berceloteh seakan tidak mau kalah dengan kicauan burung dipagi hari nan riang

 

Bersamamu selalu membawa keceriaan

Rasa penat, suntuk, sebel, marah dan sebagainya sirna ketika melihat wajah dan senyum ceriamu

 

Namun itu dulu, ditempat ini, dihari dan bulan yang sama

Aku sendiri tanpa dirimu yang entah ada dimana

Tiada lagi kecerian dan kesenangan

Yang ada cuma kekosongan dan kehampaan

 

Tempat ini memang masih sama seperti yang dulu

Tapi ada yang kurang, dirimu tidak ada bersamaku sekarang

Sama seperti gubuk itu yang sudah terbang ditiup angin topan

Gubuk dimana kita pernah bersatu menumpahkan rasa kasih sayang

Kamu dan gubuk itu sama sama hilang dari pandangan

Namun tidak dengan kenangan yang terpendam dalam sanubari yang terdalam

 

Kucoba terus menggali memori yang tenggelam

Menghayati kesan kesan yang tersimpan dalam kenangan

Tersenyum sedih dalam indah manisnya masa silam

Dimana kita saling ....

 

Ah sudahlah, kenapa aku bisa berada ditempat ini

Lebih baik aku pulang

Tidak ada gunanya napak tilas kenangan 

Yang ada cuma rasa sakit pengkhianatan

Betapapun juga itu cuma sebuah kenangan

Seberapa indahnya itu cuma masa lalu yang hanya untuk dikenang

Bukannya untuk diulang ulang

 

Otakku memerintahkan pulang tapi hatiku melarang

Tak apalah sekali kali memanjakan hati yang gundah gulana

Ini memang antara realita dan kenangan yang tidak bisa dilupakan

Otakku bilang move on tapi hati masih berharap pada yang telah hilang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun