gambar: www.portalnovel.blogspot.com
Siang itu di sebuah warteg nampak Baskoro dan Maya sedang menikmati makan siang mereka. Suasana di warteg itu nampak lagi sepi dan memang jam makan siang telah lewat beberapa jam. Dan itu memang lebih menguntungkan bagi mereka karena tidak begitu menarik perhatian banyak orang, bagaimana tidak yang laki laki gagah dan ganteng sedangkan yang perempuan manis, cantik dan imut. Tapi yang mungkin lebih membuat orang heran tentu saja Maya, ada seorang gadis cantik dan manis dengan pakaian ala orang gedungan kok makannya di warteg. Tapi bagi Maya sendiri makan di warteg merupakan pengalaman pertama baginya. Biasanya ia makan di cafe, restoran yang mahal atau di Hotel-hotel berbintang. Siang itu Baskoro mengajaknya makan siang di warteg langganannya setelah perkuliahan selesai dan untuk tidak mengecewakan Baskoro tentu saja Maya memenuhi ajakan itu.
"Nah bagaimana menurutmu masakan di warteg ini?" Baskoro bertanya kepada Maya seteleh mereka selesai dengan makan siang mereka.
"Wah tidak kusangka ternyata enak juga masakannya, tidak kalah lho dengan masakan yang dimasak oleh koki koki hotel berbintang", sahut Maya antusias.
"Ah yang bener, kau kan hanya mau bikin hatiku senang saja".
"Iya bener. Coba lihat di piringku tidak ada nasi yang tersisa, semua habis ku sikat. Itu kan tadanya makannya enak".
"Itu bukannya rakus", ledek Baskoro.
"Sialan! Tapi memang makanannya enak dan juga aku lagi lapar. Dari pagi tadi cuma segelas teh manis dan sepotong roti yang masuk ke perutku", jawabnya Maya jujur.
"Sebetulnya aku malu mengajakmu makan disini. Tapi disinilah biasanya aku makan. Warungnya bersih, harganya murah dan makanannya juga enak dan yang terpenting bisa utang, he he he".
"Kali ini kamu utang juga ya", Maya mengangkat kedua alisnya.
"Engga lah, masa traktir cewek cantik bayarnya utang".