Salah satu strategi yang mereka sering gunakan dalam merebut hati konsumen adalah menggunakan teknik banting harga. Sebenarnya selain bertujuan ingin merebut  pasar yang lebih luas atau mengejar omset penjualan, mereka juga berharap  segera mendapatkan  instant  money yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi jika terjadi cash flow gap seperti penjelasan diatas.
Mereka beranggapan bahwa daripada mengajukan kredit ke bank yang prosesnya ribet,  bunganya mencekik dengan disertai sejumlah jaminan, mendingan memutar produk fast moving (dari supplier biasanya malah bebas bunga dan tanpa  jaminan) yang banyak dicari konsumen dengan cara banting harga supaya mendapatkan segera instant money yang dibutuhkan.Â
Porsi keuntungan yang seharusnya mereka peroleh sengaja dikurangi bahkan mungkin dibuang dan dianggap saja sebagai kompensasi tanggungan bunga plus jaminan yang seharusnya mereka hadapi jikalau mereka mesti pinjam dana ke bankÂ
Praktik-praktik bisnis seperti ini sepertinya sudah menjadi tren terutama di sebagian kalangan pelaku  bisnis ritel. Perilaku bisnis seperti ini dapat menjadi indikator kurang sehatnya kondisi keuangan  suatu unit usaha dan sekaligus dapat menjadi warning bagi para mitra atau koleganya dalam berhubungan dengan unit usaha yang melakukan praktik-praktik bisnis seperti ini.Â
Praktik-praktik banting harga bukan hanya dapat merusak sistem persaingan bisnis yang sehat (salah satu akibatnya adalah terjadinya perang harga/price war) tetapi juga bisa berpotensi merusak Branding produk yang susah payah dibangun sebelumnya oleh produsen atau prinsipalnya.
Selamat Berkarya dan Tetap Semangat!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H