Banyak orang prihatin dan terkejut dengan kejadian bentrok oknum TNI dan oknum Polri di Batam beberapa waktu yang lalu. Dengan berbagai pendapatnya mereka mengomentari tentang kejadian tersebut.
Penulis sendiri sudah berulangkali menyinggung hal tersebut di forum ini bahwa penulis tidak pernah terkejut apalagi heran kalau mendengar berita tentang bentrokan antar oknum dari kedua institusi negara tersebut.Kalaupun suatu saat sampai terjadi perang terbuka diantara keduanyapun penulis tidak terkejut apalagi merasa heran. Penulis berpendapat demikian karena ada beberapa persoalan yang seolah seperti dibiarkan. Adapun kesalahan-kesalahan tersebut adalah:
1.Menempatkan Kepolisian berada langsung dibawah Presiden
Tunjukkan kepada saya, negara mana yang Kepolisiannya berada langsung di bawah Presiden. Umumnya kepolisian di banyak negara berada dibawahsebuah departemen (dalam negeri atau yang lain). Struktur seperti ini membuat kepolisian menjadi jumawa dan merasa besar kepala karena tidak ada institusi lain atau departemen lain yang bisa mengontrolnya kecuali presiden.Sementara TNI dengan legowo mau menerima posisinya secara struktural berada dibawah kementrian pertahanan. Posisi seperti ini membuat satu pihak merasa diatas angin sementara pihak lainnya merasa direndahkan.Struktur inilah yang menjadi pangkal masalahnya dari berbagai problem antar kedua institusi tersebut.
Selama tidak ada reposisi kepolisian ini, jangan harap akan tercipta hubungan yang mesra antar kedua institusi ini.
2.Ketimpangan anggaran
Kalau tidak salah Kepolisian tahun anggaran 2014 ini mendapatkan anggaran 45 T sementara TNI mendapatkan anggaran sekiatar 85 T tetapi mesti dibagi dengan AD, AL, AU dan Departemen Pertahanan. Ketimpangan ini salah satu ujungnya adalah ketimpangan dalam kesejateraan para personil di antara kedua institusi tersebut. Ketimpangan kesejahteraan ujungnya adalah kecemburuan. Anda lihat saja saat ini dari luar kantor Polsek dibandingkan dengan kantor koramil. Anda lihat tongkrongan seorang Kapolres dengan tongkrongan seorang Dandim. Umumnya terlihat ada sebuah ketimpangan.
3.Sejak lepas dari ABRI, kepolisian seolah menjadi satu-satunya institusi yang memegang senjata sekaligus menegakkan hukum. Dengan dua hal tersebut kepolisian seolah paling superior. Hampir tidak ada urusan saat ini yang tidak melibatkan kepolisian.Sementara TNI saat ini terkesan lebih banyak dipingirkan.
4.Kerancuan atribut dan posisitioning
Terkadang penulis tidak bisa membedakan antara polisi dan tentara. Perbedaan mereka cuma warna seragamnya saja. Tingkah polahnya sama, atributnya mirip, gaya jalannya sama, wataknya pada umunya sama. Polri yang katanya sipil tetapi nyatanya atribut dan segala polah tingkahnya seperti militer.Sampai disini penulis yang orang awam ini terkadang tidak bisa membedakan apa itu militer apa itu kepolisian. Apalagi salah satu kesatuan di Polri baru-baru ini resmi akan menggunakan seragam loreng kayak tentara. Keputusan ini menurut penulis kurang tepat karena tidak mempertimbangkan dengan matang bagaiamana efek psikologisnya pada institusi lain yang selama ini sudah identik dengan seragam loreng tersebut.
Jika keputusan ini tetap dijalankan kita semua tidak usah heran kalau makin banyak orang berbaju loreng yang main tembak-tembakan.
5.Persenjataan
Almarhum Munir dahulu pernah mengkritik kepolisian karena menggunakan AK 47 sebagai senjata standar Polri.AK47 adalah senjata serbu dan senjata pembunuh. Dimana-mana AK 47 digunakan untuk perang bukan untuk melumpuhkan pelaku kriminal.Saat itu alamarhum munir mengatakan bahwa tidak ada kepolisian di negara lain yang menggunakan AK 47 sebagai senjata standarnya.Polri saat ini terkesan telah membangun kekuatan satuan tertentu untuk jadi seperti tentara. Ini adalah tindakan yang gegabah karena pasti akan menimbulkan gesekan dan pertentangan dengan TNI.
Kalau anda perhatikan, di luar latihan atau operasi jarang terlihat anggota TNI menenteng senjata. Tetapi dengan gampangnya kita melihat di luaran sana anggota Polisi yang membawa senjata. Di Inggris polisinya tidak bersenjata. Senjata mereka Cuma pentungan dan borgol.
Penulis yang sangat kuatirkan adalah kepada pihak-pihak yang tidak suka dengan eksistensi NKRI, mereka akan memanfaatkan ketidakharmonisan kedua institusi ini untuk agenda busuk mereka.
Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H