Mohon tunggu...
Bunda Vivin
Bunda Vivin Mohon Tunggu... Guru - Guru TK Marsudirini Surakarta

Diberkati untuk menjadi berkat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tigo dan Tigi

5 Februari 2023   15:00 Diperbarui: 5 Februari 2023   15:03 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TIGO DAN TIGI

Karya: Bunda Vivin - TK Marsudirini Solo

“Aaaahhh, pagi yang indah!” desah Tigi harimau sambil menggeliat. 

Ibu Tigi segera memandikan Tigi yang baru bangun tidur itu. 

“Iiihhh, geli Ibu!” gelak tawa Tigi sambil menempelkan kedua cakar mungilnya di muka Ibu.

“Hey, selamat pagi jagoan Ibu, mandi dulu ya supaya segar badanmu!” kata Ibu sambil terus membersihkan badan Tigi dengan gemas.

“Tapi Tigi sudah besar Ibu, sudah bisa mandi sendiri!” kata Tigi sambil tertawa.

Tigi lalu berbaring telentang dan memberi tendangan kecil bertubi-tubi pada Ibu.

“Oh, Tigi sudah besar ya! Hhmm, awas ya, Ibu gelitiki kamu lagi nih!” balas Ibu sambil menggelitiki Tigi.

Tigi terkekeh-kekeh senang sekali. Setiap bangun pagi Ibu selalu mengajaknya bercanda.

Namun keriuhan pagi tersebut sama sekali tidak membuat Tigo terbagun. Tigo adalah saudara kembar Tigi. 

Dia hanya menguap sebentar, dan tidur lagi. Begitulah kesibukannya setiap hari, tidur-bangun-makan-tidur lagi. 

 

“Nah, Tigi sudah bersih, sekarang kamu belajar dulu ya, Ibu akan siapkan sarapan!” pesan Ibu sambil berlalu. 

Ibupun tidak membangunkan Tigo, karena pasti percuma saja dibangunkan, paling hanya dijawab “Iya bu!” lalu tertidur lagi.

Tigi berlari penuh semangat menuju tempat belajarnya. Setiap pagi Tigi selalu belajar berlari, berguling-guling, menubruk dan mengendap-endap. Cakarnya masih imut-imut dan belum keluar kuku tajamnya namun Tigi senang belajar seolah-olah mencengkeram dan mencakar-cakar. Tigi senang mengintai kelinci-kelinci kecil yang sering bermain di dalam hutan, lalu mengejarnya. Sesekali Tigi juga belajar mengaum, meskipun terdengar seperti suara kucing. Tigi ingin sekali menjadi harimau besar yang kuat seperti ayahnya. 

Lama-lama Tigi bosan, karena hanya bermain sendirian. Tigi berniat mengajak Tigo bermain bersama.

“Tigo, ayo bangun, udaranya cerah nih, ada banyak kelinci di luar, kita lomba mengejar kelinci yuk!” cecar Tigi sembari menubruk Tigo yang tengah tidur pulas.

“Malas aahh! Enakan tidur di rumah!” jawab Tigo tak bergeming. 

“Ayolah Tigo! Kamu harus banyak bergerak! Lihat badanmu sudah seperti bola, kasihan kakimu, lama-lama mereka tidak bisa menahan badanmu yang makin membulat ini!” rajuk Tigi sambil mengguncang-guncang badan Tigo. 

“Ogah! Males!” jawab Tigo sambil tengkurap. 

Tiba-tiba terdengar suara auman harimau yang menggelegar “Rrrooooaaarrr!”

Tigi dan Tigo sama-sama terkejut! Mereka segera berlari keluar. 

“Ibu mengaum keras! Itu tandanya kita harus segera berlari ke tempat perlindungan!” kata Tigi sambil berlari kencang.

Dengan terpaksa Tigo bangun dan berlari mengikuti Tigi. Dia tertinggal jauh di belakang Tigi. Tigo nampak terengah-engah dan kesulitan berlari karena badannya sangat gemuk. 

“Tigi, tunggu aku dong!” teriak Tigo memohon.

“Ayo Tigo, cepat sedikit! Sudah hampir sampai!” balas Tigi dari depan.

Akhirnya sampailah mereka berdua di balik batu besar yang disebut tempat perlindungan. Kedua harimau cilik itu masih terengah-engah saat ibu mereka muncul dari belakang batu.

“Nah! Kena deh! Akhirnya Tigo belajar berlari juga!” kata Ibu sambil terkekeh.

“Hah! Aku dikerjain Ibu ya?” balas Tigo sambil menyerudukkan kepala mungilnya pada perut ibu dengan kesal.

“Maafkan Ibu ya, Ibu sudah kehabisan cara untuk membuatmu semangat belajar!” kata Ibu menahan tawa sambil menggelitik tubuh Tigo yang gempal dan menggemaskan.

“Kamu tertinggal jauh dari Tigi kan, artinya kamu harus banyak belajar berlari. Coba kalau tadi itu benar-benar ada bahaya, apa jadinya nanti!” ulas Ibu sambil menjilat lembut wajah Tigo yang penuh keringat. 

“Kalian berdua harus rajin belajar, agar siap menghadapi situasi apapun, oke?” lanjut Ibu, lembut tapi tegas.

“Oke Ibu!” jawab Tigo dan Tigi bersamaan, lalu mereka tenggelam dalam pelukan Ibu.

Pesan Moral Cerita:

Rajin dan tekunlah belajar agar hidupmu berarti dan berdaya.

(Bunda Vivin - TK Marsudirini Solo, Januari 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun