Mohon tunggu...
Sugi Hartati
Sugi Hartati Mohon Tunggu... -

Writer, co writer, ghost writer, editor, blogger, crafter

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Jangan Bergantung pada Dokter

21 November 2014   20:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:12 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416549586583400665

Menentukan Dokter, Jangan Bergantung

Bersikap kritis itu lebih baik, ketimbang selalu menurut apa kata dokter. Kritis berarti kita selektif terhadap suatu keadaan. Bukan pasrah bongkoan bahasa jawanya. Pasien datang ke dokter seharusnya untuk berkonsultasi, bukan bertanya mengenai keunggulan suatu obat. Bukan hanya terhadap dokter tetapi dalam menentukan apakah perlu dibawa ke dokter atau tidak? Apakah perlu dibawa ke dokter spesialis atau cukup dengan dokter umum?

Saya akan bercerita kembali tentang pengalaman saya berburu dokter hingga akhirnya saya menemukan jawaban sakit apa sebenarnya anak saya dan mengapa bisa sering sakit. Jauh dari itu saya juga mengetahui penyebabnya mengapa anak saya asmanya sering kambuh? Semua berawal dari kelelahan saya menghadapi dirinya yang selalu saja sesak nafas jika mengalami flu.

Waktu itu saya berinisiatif membawanya ke dokter spesialis penyakit dalam ketika panasnya naik turun yang disertai sesak nafas. Ia seorang dokter yang menjadi langganan ibu saya ketika asmanya kambuh, yaitu dokter ahli paru-paru. Darinya saya mendapat informasi berharga bahwa penyakit yang dialami oleh anak saya adalah keturunan. Asma yang diturunkan dari neneknya. Yaitu ibu saya. Saya sangat sedih. Membayangkan untuk sembuh adalah hal yang mustahil. Tetapi saya mengejar suatu pertanyaan kepada dokter tersebut. “Menurut dokter bagaimana supaya asmanya tidak muncul, apa yang harus saya lakukan?” saya terus mengejar mencari jawaban dengan harapan ada peluang untuk sembuh.

Dokter bilang, “Usahakan tidak sakit flu. Karena jika ia mangalami batuk, pilek pasti akan sesak nafas atau asmanya akan kambuh”. Demikianlah jawaban sederhana yang sekian lama saya tunggu. Bukan suatu obat mujarab, karena jika saya mengharapkan obat berarti anak saya akan tergantung pada obat tersebut selamanya, tepatnya setiap asmanya kambuh. Selain dari itu saya hanya ingin mengetahui mengapa asmanya sering kambuh? Apa sebabnya? Karena dengan mengetahui faktor penyebab persepsi saya kambuhnya penyakit dapat diminimalisir, yaitu dengan menghindari faktor penyebabnya.

Ada perasaan lega mendapat jawaban tersebut. Meski mempertahankan anak untuk tidak mengalami flu adalah hal yang sangat sulit. Namun setidaknya saya dapat mengupayakannya bagaimana agar asmanya tidak kambuh. Bukan sesuatu yang mudah memang. Bagaimana tidak, flu dapat dikatakan suatu penyakit langganan anak-anak, karena virus sebagai faktor penyebabnya sangatlah mudah buat anak-anak untuk terkena serangannya. Namun setidaknya saya mendapatkan secerah harapan untuk tidak melihatnya sesak nafas dalam waktu tertentu. Dan mungkin juga saya tidak akan melihatnya sesak nafas lagi jika saya dapat mempertahannkannya untuk tidak menderita flu.

Jadi intinya jika kita menemui dokter jangan bertujuan mencari obat, akan tetapi mencari jawaban atas pertanyaan, “Anak saya sakit apa, apa yang menyebabkannya, bagaimana penyebaran penyakit tersebut sehingga bisa menyerang anak saya?”.

Jika tujuan kita datang ke dokter untuk mencari obat sebenarnya kurang tepat. Bagaimanapun juga alasannya jika kita memperoleh kesembuhan dari obat tersebut, berarti kesembuhan yang hanya untuk beberapa saat. Nanti dikemudian hari anak kita bisa sakit lagi yang disebabkan ketidaktahuan kita akan penyakit yang dialami oleh anak kita, tentang bagaimana menghindari penyebab serta mencegahnya. Dan sudah pasti kita akan mencari dokter itu lagi untuk mendapatkan obat serupa.
Diambil dari buku "Anakku Sehat Tanpa Dokter"


Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun