Mohon tunggu...
Bunda Nefri
Bunda Nefri Mohon Tunggu... Lainnya - Coach and Trainer for parent

Mendukung orang tua untuk memandirikan anaknya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membumikan Merdeka Belajar dan Komunitas Belajar

2 April 2023   19:55 Diperbarui: 2 April 2023   20:27 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: PusatKemandirianAnak.com

Masalah pendidikan mulai muncul, ketika orang tua dari rumahnya masing-masing masih belum selesai membangun dasar karakter dan pembelajar, saat anak-anaknya sudah memasukinya dunia sekolah. Itu artinya, pendidik dan tenaga pendidik di sekolah yang dituju, perlu menyiapkan dua kali tenaga untuk mendidik. 

Satu tambahan tenaga untuk menyiapkan peserta didik mencapai kesiapan sekolah (yang seharusnya sudah diselesaikan oleh orang tua). Masalah pendidikan pun makin serius,  jika berkaitan dengan anak-anak berkebutuhan khusus, yang untuk mencapai tahapan kesiapan sekolahnya lebih menantang dibandingkan anak-anak tipikal.

Maka, apakah masalah 70% anak berkebutuhan khusus usia 15 hingga 21 tahun, yang tidak pernah hadir di sekolah (berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SUSENAS 2019), juga disebabkan oleh belum terlibatnya pilar stakeholder lain? Total, kurang lebih 1,6 jt anak berkebutuhan khusus yang disebutkan dalam data tersebut. 

Bagaimana jika ketidakhadiran anak-anak berkebutuhan khusus ini di sekolah, disebabkan karena keputusan bersekolah atau tidak bersekolah itu, diambil alih oleh stakeholder lain (masyarakat dan orang tua) yang kurang memahami prinsip Merdeka Belajar?  Apa yang terjadi, ketika anak-anak berkebutuhan khusus, yang perlu penanganan khusus, yang sarana dan SDMnya tidak mudah ditemui di sekolah reguler ataupun khusus, dipaksakan untuk mengikuti pembelajaran yang kaku dan terpusat? Karena pemahaman terbatas dari stakeholder lain (masyarakat dan orang tua).

Alih-alih membatasi ruang lingkup Komunitas Belajar, jauh lebih bermanfaat jika bersama-sama melebarkan ruang komunikasi belajar, hingga cukup ruang untuk digunakan oleh tiga pilar keberhasilan pendidikan. Stakeholder yang lain, bersama dengan pendidik dan tenaga pendidik berkolaborasi optimal. Masing-masing pilar bertanggungjawab dengan bekerja dari areanya masing-masing.

Apa yang bisa dilakukan oleh pilar orang tua dalam Komunitas Belajar? Mengadaptasi dari pengalaman pada saat Pandemi, maka ada hal penting yang dapat dilakukan orang tua. Yaitu orang tua mampu memfasilitasi peserta didik, mengikuti proses belajar dengan penuh minat dan bahagia. 

Sebagaimana ditemukan dalam penelitian di Havard, bahwa hanya 25 persen kesuksesan pekerjaan didasarkan pada IQ. Sisanya, Tujuh puluh lima persen adalah tentang pentingnya perilaku, kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain, dan mampu mengelola stres. Tiga hal yang juga diperlukan oleh peserta didik mencapai capaian pembelajarannya lebih efektif.

Orang tua dengan pengasuhan yang tepat, memfasilitasi anaknya memiliki keyakinan dunia merupakan tempat yang aman dan nyaman untuknya tumbuh dan berkembang. Hasil pengasuhan ini, anak mampu memiliki hubungan yang baik dengan dirinya sendiri dan orang sekelilingnya. Saat anak mendapat tekanan akibat adanya tantangan, anak tidak surut. Apalagi menyerah. 

Anak siap untuk terus melangkah karena anak punya kemampuan untuk mengelola stress dengan baik.  Dasar karakter ini,yang juga merupakan profil pelajar Pancasila, mendukung anak untuk mencapai capaian pembelajaran.  Mulai menit pertama saat dirinya menjadi peserta didik, siap memasuki ruang kelas untuk belajar, hingga mampu menyelesaikan jenjang terakhir pendidikan yang ingin diraih. 

Pendidik dan tenaga pendidik pun tinggal melanjutkan mendidik putra/i bangsa. Sinergi berkelanjutan antara tiga pilar, dalam Komunitas Belajar  yang sudah dimulai oleh orang tua di rumahnya masing-masing.  Pendidik menambahkan keahlian peserta didik dengan menyesuaikan capaian pembelajaran yang lebih optimal melalui bakat dan minat peserta didik. Menggunakan Merdeka Belajar, yang fleksible atas ruang belajar dan materi pembelajaran. Bukankah sinergi ini  lebih menjanjikan jika dibandingkan hanya dua pilar yang bekerja sama?

Pada akhirnya, Merdeka Belajarpun mampu mengoptimalkan tujuannya.  Sebagai sarana untuk memfasilitasi lahirnya kembali warga negara Indonesia yang bebas merdeka. Bebas dengan kaki yang tetap menjejak di bumi Indonesia. Bebas  yang bertanggungjawab dengan mengerti batasan, karakter Profil Pancasila. Bebas untuk berkreatif untuk mewujudkan kembali Indonesia sebagai bangsa merdeka dan bermartabat. Saat itu, jaman keemasan nusantara yang pernah diraih, kembali lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun