Mohon tunggu...
Umi Mahmudah
Umi Mahmudah Mohon Tunggu... -

Ibu rumahtangga y ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pisang... Oh pisang

18 November 2012   16:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:06 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu pagi y cerah, ada orang tak dikenal y bertamu ke rumah kecilku. Aku y tengah menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas rumahtangga bergegas membuka pintu, mempersilakan masuk.

" Ada apa Pak?" tanyaku begitu Bapak setengah baya itu duduk diteras, beliau menolak masuk ke dalam rumah.

" Ibunya ada Mbak?" tanyanya. Aku tersenyum, hmm.. rupanya bapak ini belum tau klo y berdiri di depannya ini si empunya rumah.
" Klo boleh tau, ada keperluan apa ya Pak?" tanyaku to the point.

" Begini Mb, apa pisang y ada disamping rumah itu mau dijual? Klo dijual akan saya beli Mb!" jawab bapak itu.

" Maaf Pak, pisangnya tidak dijual. Lagian kan cuma satu Pak, klo ada beberapa mungkin sebagian bisa dijual. karena cuma ada satu ini mo dipake untuk sendiri aja Pak!" jawabku. Tanpa banyak pertanyaan lagi bapak itupun segera berpamitan.

Oalah.. ternyata pedagang pisang, kirain siapa. Namanya pedagang selalu tau dimana ada barang dagangan. Padahal letak rumahku lumayan nyempil. Jauh dari keramaian jalan raya. Dari gang pun masih masuk lagi. Tepatnya dibelakang sendiri. Kadang butuh penjelasan y panjang kali lebar klo ada teman ato saudara y menanyakan alamat rumah. Meskipun begitu rumah kecil ini adalah tempat ternyaman y pernah ku tempati. Bukan hanya karena hak milik sendiri, lebih karena disinilah tempat keluarga kecilku menjalani hari penuh tawa. Apalagi ada lahan kosong disekitarnya y dapat ditanami berbagai tanaman y bermanfaat. Salah satunya tanaman pisang y barusaja ditawar pembeli. Tanah ini adalah tanah syurga, ingat lirik lagu Koes Plus. Apapun y ditanam akan dapat tumbuh subur. Alhamdulillah...

Tanaman pisang sudah ada sejak pertama kali aku membeli tanah ini. Meskipun kondisinya saat itu menprihatinkan, alias kurus kering karena kurang perawatan namun seiring kehadiranku lambat laun tanaman pisang ini dapat tumbuh subur dan beranak pinak. Hebatnya tanaman pisang ini akan tetap tumbuh meskipun dipotong berkali-kali. Tanaman ini akan tetap tumbuh sampai menghasilkan buah. Sampai-sampai ada pepatah " Hiduplah seperti pohon pisang, sekali, sudah itu mati" artinya hidup ini hanya sekali, harus bisa memberi manfaat untuk orang lain dan lingkungan sekitar.

Aku memperhatikan tanaman pisang y tumbuh disamping rumahku. Hmm.. tidak sia-sia air bekas cucian slalu dibuang dibawah tanaman pisang ini. Hasilnya tanaman ini tumbuh subur meski kemarau panjang. Batangnya kokoh tinggi menjulang. Daunnya hijau dengan helaian y utuh khas daun pisang y memperolah cukup air. Buahnya padat berisi meski belum terlalu tua. Masih muda aja udah ditawar gimana kalo udah tua batinku. Aku ingat, dulu sewaktu aku masih kecil, aku hanya tau manfaat pisang sebatas daun dan buahnya. Buah nya y belum terlalu matang dapat dibuat keripik pisang. Wah, ibuku jago banget untuk urusan ini. Keripik pisang y tanpa rasa, rasa manis atau rasa asin. Keripik ini sudah menjadi tradisi dalam keluargaku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun