Mohon tunggu...
Lina Rahmayanti
Lina Rahmayanti Mohon Tunggu... Guru - Pengalaman adalah Guru Terbaik

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Sehat

Dakwah Diet Kantong Plastik bersama Aisyiyah & GIDKP

26 September 2022   12:30 Diperbarui: 26 September 2022   13:39 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hhfff...!! " Baiklah, tidak perlu memaksa.  Bukankah mengajak kebaikan tidak perlu dengan paksaan?

Dokpri
Dokpri

Saya pun menepi, kembali  berdiri di sisi kiri tangga  menanti ibu-ibu atau siapa pun yang keluar dari dalam pasar dengan menenteng kantong plastik belanjaannya. Di sisi lain, bunda Maliha sedang menawarkan kantong belanja namun di tolak juga. Kami pun bersabar menunggu. Sepintas, rasanya seperti seles  yang akan menawarkan barang dagangannya. Mungkin itu sebabnya yaa kami mendapat penolakan.

Sejurus kemudian, nampak seorang perempuan  setengah baya muncul, belanjaannya tidak terlalu banyak namun wadah kantong plastik sebagai pembungkusnya cukuplah menjadi syarat untuk dapat ditawarkan kantong belanja yang kami bawa. Saya pun segera menghampiri. "Maaf ibu, boleh saya berikan kantong belanja untuk wadah belanjaannya bu? " Saya bertanya seramah mungkin. Ibu tersebut mengangkat wajahnya, " Tidak usah ya.. "

"Tidak apa bu, ini gratis, nanti tasnya bisa ibu gunakan kembali untuk berbelanja" Sahut rekan saya, mbak Intan yang berdiri di samping saya. Saya pun segera membuka kantong belanja dan mbak Intan memindahkan barang belanjaan si ibu ke dalam kantong belanja guna ulang. "Silahkan bu.. " Ucap mbak Intan kemudian.

" Ooh.. Ya ya... Matur suwuun, matur suwun..."Ucap si ibu sambil berlalu. Wajahnya nampak sumringah meski tertutup masker. Saya pun dapat bernafas lega, setidaknya ada yang mau menerima usaha kami dengan baik.

Di sudut lain nampak ibu Alfi dan ibu Huriah  tengah memindahkan belanjaan seorang ibu ke dalam kantong belanja guna ulang. Mereka nampak bersemangat. Demikian pula mbak Irma, yang baru saja memindahkan belanjaan seorang laki- laki yang turun dari eskalator. "Alhamdulillah.. " Ucap saya dalam hati.  

"Ibu - ibu, sudah hampir sore, sepertinya kita cukupkan untuk hari ini yaa... Nanti kita cari strategi lagi agar masyarakat lebih  dapat menerima kantong belanja kita" Mbak Sandri dan rekan rekannya menyudahi kegiatan hari itu.

Dalam perjalanan pulang saya merenung, ternyata kebaikan memang tidak selalu dapat di terima dengan baik. Namun harus selalu ada yang melakukannya. Harus selalu ada yang menebarkan kebaikan terlepas dari banyak atau sedikit respon baik yang kita terima. 

Bukankah demikian yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW ? Beliau menebarkan kebaikan dengan santun, sedikit demi sedikit, perlahan-lahan sampai akhirnya ummat menyadari kebenaran yang beliau bawa dan segenap kebaikan yang beliau contohkan. Demikian pula kiranya  dengan kampanye diet kantong plastik ini. Butuh energi yang tinggi untuk dapat mengajak orang lain hijrah pada kebiasaan baru, kebiasaan yang lebih baik.

Cara terbaik adalah memulai dari diri sendiri. Yaa...! Mengurangi penggunaan kantong plastik dapat dimulai dari diri sendiri, dengan cara membiasakan diri membawa tas belanja guna ulang, atau membawa wadah sendiri saat akan membeli makanan atau minuman. Ini lah dakwah bil hal, untuk kelestarian alam dan lingkungan hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Sehat Selengkapnya
Lihat Indonesia Sehat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun