Mohon tunggu...
Bunda Azza
Bunda Azza Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya adalah seorang Ibu RT yg "nyambi" jd abdi negara & pelayan masyarakat di sebuah Kota Kecil yang Indah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mencoba belajar menjadi manusia seutuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Serba-serbi Menyapih ASI

28 Desember 2012   02:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56 2985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_231876" align="aligncenter" width="300" caption="Saatnya menyapih! Azza dan mamanya berpose di depan ikonnya kota Brebes, patung endog asin. Diseneng-senengin sebelum disapih."][/caption] “Bu, gimana anaknya sudah disapih? Aku juga belum. Kasihan Salsa. Aku sering merasa ga tega. Gampanglah, nanti juga dia gak mau sendiri.” Demikian Ibunda Salsa menyapa Mamanya Azza yang nampak cemas akan proses penyapihan ASI anaknya. Karena Mamanya Azza ingin segera memutus ASI Azza yang minggu lalu genap berusia dua tahun. Sebuah umur yang lazim dipercaya menjadi batas akhir seorang anak boleh menyusu kepada ibunya. Pernyataan tean sekantornya itu ia simpan rapat dalam memorinya. Makin meneguhkan kenyataan bahwa tak mudah bagi ibu untuk menyapih ASI anaknya. Ini kasus kesekian kalinya bagi Mamanya Azza mendengar ibu menyusui yang mengeluh demikian. Di rumah, menjelang tidur Mamanya Azza membuka pembicaraan dengan Sang Suami. “Yah, tadi di kantor mama ketemu Ibunya Salsa yang udah 2,5 tahun.” Lalu diteruskan semua yang dikatakan Ibunya Salsa sampai akhir. Sebelum itu, Mamanya Azza pernah mendengar cerita dari Umminya Faisal yang mengaku baru bisa menyapih Faisal ketika berumur 4,5 tahun. Itupun karena Faisal sendiri yang tidak mau lantaran malu sering diejek teman-temannya di TK. “Apanya yang gampang kalau nunggu anaknya ga mau sendiri. Bisa-bisa sampai anak kita berumur SD” Mamanya Azza mendengus. Azza sendiri sebenarnya bukan tipe balita yang susah untuk disapih. Dua minggu yang lalu Mamanya Azza berhasil mencoba untuk tak memberikan ASI dari pagi hingga sore. Trik yang dipakai adalah dengan mengoleskan sedikit minyak telon bayi di puting. Agar Azza percaya bahwa ASI mamanya sudah tidak enak dan merasakan sendiri bahwa rasanya “pedas”. Namun saat malam hari, Azza menjadi sangat rewel dan tak juga mau tidur karena terbiasa dikeloni sambil disusui. Sebuah dekapan dari hangatnya kasih sayang seorang ibu yang membuat anak mudah tertidur dengan pulas. Akhirnya hari itu Mamanya Azza mengalah. Lain lagi dengan kejadian hari minggu lalu waktu tangan kiri Azza terkilir karena jatuh saat berlari. Padahal hari minggu itu tadinya direncanakan Mamanya Azza untuk memulai lagi penyapihan. Demi rasa kasihan melihat Azza yang rewel karena menangis kesakitan, ia urungkan niat itu. Ia tak ingin menambah rewel dan beban bagi Azza di saat ia sedang sakit. Menyusui dari dahulu merupakan senjata ampuh untuk membuat anak tenang saat sakit dan rewel. [caption id="attachment_231881" align="aligncenter" width="300" caption="Aksi dua lelakinya Mama Indah sedang melakukan ritual bye-bye, ASInya Mama Azza"]

13566616031773260859
13566616031773260859
[/caption] Usaha Ekstra Keras Kebanyakan ibu kasihan bila anaknya disapih meskipun anaknya tak lagi pantas untuk masih saja menyusu. Padahal mereka sudah tahu banyak tentang berbagai trik menyiasati anak agar mau berhenti minum ASI. Selain yang Mamanya Azza lakukan, ada yang mengolesi putting dengan bratawali agar sensasi rasa ASI berubah menjadi pahit. Ada pula yang sedikit meneteskan obat merah untuk menakut-nakuti anak bahwa susu ibunya sedang sakit. Meskipun ada pula anak yang hanya perlu dibujuk dan diberi pengertian bahwa ia sudah besar dan tak boleh lagi menyusu. Berbagai alasan dikemukakan untuk meyakinkan ibu bahwa memberikan ASI di usia anak lebih dari 2 tahun tidaklah bagus. Diantaranya konon dapat membuat anak menjadi bodoh, manja dan tak mandiri. Mestinya semua itu sudah cukup menguatkan para ibu agar tak ragu memutus ASI anaknya. Karena dengan berbagai alasan itu akan mematahkan psikologi rasa bersalah ibu yang seringkali merasa hanya ibu tega yang sanggup memutus ASI. Sebab selama 2 tahun menyusui telah memberikan pengalaman bahwa menyusui adalah bentuk kasih sayang yang paling menentramkan anak di saat ia sedang gelisah, menangis atau sakit. Tentunya alasan kuat tersebut dibutuhkan seorang ibu agar tetap bertahan menghadapi kendala yang mungkin muncul selama masa penyapihan. Semisal : anak yang sangat rewel dan marah tak mentu selama kurang lebih seminggu, kerepotan ibu dan ayah menemani dan menenagkan anak yang super rewel di saat tidur hingga badan ibu yang demam atau payudara yang sakit. Dulu, memberi ASI eksklusif dan melanjutkannya hingga 2 tahun butuh kebulatan tekad dan usaha ekstra keras. Sekarang, memutus ASI di atas 2 tahun pun membutuhkan upaya ekstra yang sama. Sejak dulu beginilah perjuangan seorang ibu, usaha ekstranya tiada akhir. Salam Cinta Anak.  Salam Sapih ASI di atas 2 tahun. [caption id="attachment_231880" align="aligncenter" width="300" caption="Sekarang saatnya beralih ke susu yang lain. ASI nya Mama sudah ga enak. Itu yang sering dikatakan untuk membujuk si kecil Azza ini."]
13566613981565085268
13566613981565085268
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun