Tiga hari menjelang hajat besar milik rakyat Kota Bawang akan digelar. Tanggal 7 Oktober akan menjadi penentu masa depan Brebes hingga 5 tahun ke depan. Pilihannya adalah : bersikap golongan putih (golput) dengan tidak mendatangi TPS atau ikut ambil bagian dalam pesta demokrasi itu dengan mendatangi TPS lalu mencoblos salah satu pasangan calon (paslon) kepala daerah?
Adalah karena justru mereka melek politik dan apatis sehingga para kaum berpendidikan tinggi enggan menggunakan hak pilihnya dalam pemilukada. Muak terhadap cara-cara berpolitik yang tidak elegan, penuh tipu-tipu, menjual konsep-konsep yang mengawang bahkan paradoks antara yang disampaikan dengan yang dilakukan. Semua itu menambah daftar panjang jatuhnya pilihan golput oleh para “pemilih cerdas” tersebut.
Namun jika pilihan kedua yang diambil, maka setidak-tidaknya diperlukan pendalaman terhadap sosok para calon pemimpin kepala daerah tersebut. Jika lebih sulit menakar mana yang paling banyak sisi plus diantara kedua paslon, maka mungkin akan lebih mudah mencari yang paling sedikit sisi minus. Namun menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada salah satu paslon bukanlah perkara mudah mengingat ada ikatan moral yang ditanggung pemilih jika di kemudian hari yang dipilih ternyata melanggar amanah konstituennya yaitu rakyat. Belum lagi memikirkan tanggung jawab di akhirat kelak yang ikut dipikul para pemilih “pemimpin yang salah” tersebut.
Dilema itu menghantarkan saya pada sebuah keputusan final.
Tulisan saya berjudul "Apakah Kota Bawang Perlu Berkumis Lagi?" diposting ke kompasiana.com dan dishare di facebook pada tanggal 10 Juli 2012. Tercatat sampai tanggal 5 Oktober 2012 jumlah pembaca artikel ini 205 orang, dengan 2 komentar. Isi tulisan berisi ajakan memilih pemimpin yang berkualitas. Pada bagian akhir ditegaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam pemilukada patut dijadikan barometer seberapa cerdas masyarakat kota bawang dalam menghayati pendidikan berdemokrasi.
Namun seiring perkembangan wawasan berpolitik dari penulis yang memungkinkan tidak menggunakan hak pilihnya, maka dengan segala hormat artikel itu penulis tarik dari postingan. Agar tidak menjadi “tidak satu kata antara tulisan dan perbuatan” dan tidak menjadi tanggung jawab penulis di akhirat kelak. Harapan penulis, siapapun pemimpinnya semoga nasib Brebes ke depan menjadi lebih baik.
– Indah Iswati, SKM, warga Jatibarang Kidul Brebes, PNS di Kabupaten Brebes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H