Mohon tunggu...
Bunda Hafidz
Bunda Hafidz Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati anak

Bunda dengan tiga putra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Petrichor

7 Oktober 2024   16:40 Diperbarui: 7 Oktober 2024   16:52 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PETRICHOR 

Titik air itu turun basah di tanah kering

Dengan sentuhan lembut membasuh rin

Tiap butir yang jatuh bagai nyanyian syahdu

Menebar aroma harum menyentuh kalbu

Harumnya sebarkan tenang dan nyaman

Aroma purba dari semesta disapa alam

Hanyut dalam riak tetes hujan

Melintas pelan membuncah rindu

Petrichor, aroma alam menyapa lewat tetes hujan pertama

Basahi tanah gersang, tumbuhkan cinta  pada celah semesta

Dalam pelukan hujan, semesta menyapa dengan aroma

Bangkitkan kenangan masa lalu

Melintas semua peristiwa

Palembang,  01 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun