Mohon tunggu...
ENI  Rahayu
ENI Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Blogger, content writer

Teacher, Blogger, Mompreneur, Writer bundadzakiyyah.com | bundaeni.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan Masa Kecilku Mencari Tuhan

19 April 2021   10:13 Diperbarui: 19 April 2021   10:41 2315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Daniel Dan outsideclick dari Pixabay 

Bagaimana Ramadan masa kecilku?

Pokoknya sangat saya rindukan. Ramadan masa kecil ketika saya belum mengenal Tuhan kecuali dari guru di sekolah.

Cerita ini hanya sebatas ingatan saya waktu kecil. Saat itu saya masih SD tapi lupa kelas berapa. Pokoknya masih unyu lah, belum punya malu gitu kalau kata orang.

Beneran deh saya tuh rindu sekali dengan bulan puasa waktu itu, cerita yang sangat membekas di hati dan pikiran saya.

Tuhan kok Jahat Sih?

"Kalau mau berpuasa akan dapat pahala sedangkan yang tidak berpuasa mendapat dosa, masuk neraka." Kata guru saya saat pelajaran agama Islam.

Saya juga belum terlalu paham apa itu pahala dan dosa. Yang saya tahu neraka itu panas, banyak orang dibakar dengan api neraka. Surga itu tempat yang indah, ada bunganya.

Darimana saya tahu? Dari buku cerita tentang Neraka Jahanam yang saya beli di abang-abang penjual depan sekolah.

Apa saya takut?

Sedikit karena guru agama saya telah berhasil meyakinkan saya bahwa surga dan neraka itu ada. Saya suka sekali mendengar dongeng dari guru saya tentang surga dan neraka, mata yang mengantuk bisa langsung melek. Merinding sedap gitu.

dok. Canva
dok. Canva

Namun, orang tua saya juga bukan dari keluarga yang agamis, lebih pada Islam KTP (alhamdulillah sekarang sudah berubah dan mau sholat dan puasa).

Alhasil, pas masih kecil saya pun melakukan ibadah bukan karena kesadaran dan kebutuhan, tapi lebih pada proses ritual dan rutinitas saja. Saya puasa karena lingkungan sekitar saya juga berpuasa. Saya sholat karena takut dosa dan masuk neraka. Itu aja sholatnya masih bolong-bolong.

Saya sih nggak tahu apakah teman-teman saya puasa beneran atau enggak. Saya juga sempat berpikir kalau mereka tuh kayak saya yang kadang-kadang suka 'mokel' sambil sembunyi-sembunyi. Mokel itu membatalkan puasa di tengah waktu dengan sengaja.

Soalnya saya juga pernah mendapati teman saya bersendawa, saya  pikir dia kekenyangan. Kadang mereka puasa seharian tapi nggak ada lemes-lemesnya? Main kejar-kejaran sampai sore gitu, banyak keluar keringat tapi mereka kok nggak lapar dan haus.

Atau semata-mata ini hanya praduga tak bersalah yang saya lontarkan kepada mereka? Mungkin saya sedang nyari teman yang nggak benar-benar berpuasa, hahaha. Kami memang ahli menyembunyikan fakta kok.

Atau ini adalah kebaikan Tuhan yang telah menutupi aib kami?

Jalan-jalan Selepas Subuh

Ada kebiasaan yang tidak pernah saya lupakan, yaitu jalan-jalan selepas subuh. Meskipun tidak setiap hari tapi saya dan teman-teman di kampung sering melakukannya.

Jadi setelah pulang dari musholla untuk sholat subuh, biasanya saya dan teman-teman (sekitar 3-4 orang) jalan-jalan di kampung. Melangkahkan kaki tanpa tujuan sambil bersenda gurau di jalan. Entah apa asiknya, pokoknya seru aja bisa tertawa bersama menceritakan omong kosong yang kami anggap menarik.

Ngabuburit di Musholla

Saya juga rindu ngabuburit bersama teman-teman di musholla. Biasanya akan ada yang mengantar takjil ke musholla, inilah yang kami tunggu. Hehehe

Takjil sederhana berupa kolak, es buah, buah segar, ataupun gorengan sangatlah kami nanti. Menyerbu takjil beramai-ramai sangat menyenangkan. Padahal belum tentu kami benar-benar berpuasa loh. Hahaha.

Tarawih dan Tadarus Bersama, Lanjut Main Sampai Malam

Kapan lagi bisa keluar malam kalau tidak bulan Ramadhan. Anak kecil nggak boleh keluar rumah malam-malam selain ke musholla, gitu kata kakek saya.

Tapi saat Ramadan kakek tidak pernah melarang saya keluar rumah malam hari. Mungkin karena saya keluar rumah untuk sholat tarawih dan bukan main-main.

Biasanya saya dan teman-teman berangkat saat adzan isya berkumandang. Segera kami berangkat ke musholla tapi nggak langsung masuk donk. Kami memilih barisan paling belakang biar bisa ngobrol saat mengantuk, huft... dasar anak-anak kan ya.

Sepulang tarawih dan tadarus, kami juga tidak segera pulang ke rumah tapi main-main dulu atau beli jajan di warung. Main bentengan, gobak sodor, petak umpet, lompat tali, dan lainnya.

Entahlah, rasanya dulu tuh bermain saat hari gelap sangat menyenangkan karena setelahnya bisa tidur nyenyak. Hihihihi. Atau mungkin karena bermain saat malam hari hanya kami lakukan saat bulan puasa saja?

Itulah nostalgia suasana Ramadan masa kecil yang jadi memori indah. Anak-anak sekarang mungkin tidak akan dapat merasakannya karena lebih nyaman duduk nonton televisi atau main gadged.

Samber 2021 Hari 6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun