Justru ketika kita merasa bisa mengubah suami, ketika kita merasa diri kita mampu, efeknya kita akan mengandalkan kekuatan kita yang terbatas, energi kita yang terbatas, dan cenderung ngotot,
'pokoknya suami harus cepat putus dari selingkuhannya!'Â
Dan ketika kita ngotot, energi aura dalam diri kita akan cenderung negatif.
Dan di saat yang bersamaan, aura positif kita akan melemah. Daya tarik kita ikut melemah.
Coba Bunda perhatikan gimana wajah orang-orang yang suka ngotot, ngeyel, dan keras kepala?
Pasti nggak enak lihatnya. Ini karena auranya serba negatif.
Tapi ketika kita menyadari sepenuhnya, bahwa perilaku suami, perselingkuhan suami itu semua di luar kendali kita - kita menyerahkan urusan suami ke Allah,
nah di situlah justru akan muncul energi yang lebih positif, yang sumbernya langsung dari Allah.
Hanya saja, energi positif ini perlu diusahkan dengan menjalankan ikhtiar mendekat sama Allah seperrti yang diamalkan oleh klien-klien yang saya bimbing.
Mereka ini punya amalan-amalan khusus untuk bertaqarrub mendekat pada Allah dan mengakses "energi ilahi", dalam rangka membantu memudahkan ikhtiar beliau menyadarkan suaminya.
Nah jadi kalau kita ada di fase kesadaran semacam ini, biasanya langkah lahiriah kita akan lebih mudah.