Mohon tunggu...
asni januarti
asni januarti Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

seorang ibu rumah tangga yang hoby menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Lereng Gunung Dempo

29 Juli 2013   20:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:51 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat kita lewati lereng ini, genggaman tangan semakin erat

Udara sejuk menusuk hidung seakan memberi aroma kasih

Dingin  menusuk tulang  yang berbalut kulit tipis

Membawa kita pada dunia fatomorgana

Tanganmu mulai mengeriput karena dingin

Mencoba memberi hangat lewat genggaman yang erat


Duhai kasih ingatkah kau

Saat meng habiskan waktu bersama

Melewati lereng lereng di gunung Dempo ini

Ingatkah  saat ku genggam  erat tanganmu menyelusuri jalan setapak

Sama sama letih dan lelah

Namun bersamamu hilang segala rasa

Yang ku tahu tapak lereng ini menabur cinta

Cinta yang tak  tersampaikan karena meragu

Cinta terbawa hingga dinginnya pagi

Cinta terhembuskan bersama nafas walau tak berucap

Daun daun bergoyang seakan ikuti irama detak nadi


Ketika tatapan mata beradu pandangan

Indah matamu semakin membuatku terbuai ingin memiliki

Hidung yang bangir membuat aku ingin memainkan dengan kemanjaanmu

Bibirmu membuatku ingin melumatnya didinginnya lereng Dempo

Tubuhku dan tubuhmu saling berdekatan, harum tubuhmu membangkitkan gairah jiwa


Maaf sayang adai saja bibir yang kelu ini bisa berkata mungkin kau jadi milikku

Namun nyali ku hilang karena keindahan dirimu

karena ku tahu aku bukan pilihanmu

Kau harus tahu setiap jengkal tapak kita torehkan di lereng ini

Seperti itupulah cintaku dan mebiarkan terpatri di hati ini


Duhai lereng kesunyian

Katakan padanya bila cintaku ada disini

Oh angin yang berhembus meniup rambutnya

Bisikan padanya betapa aku ingin memiliki


Lereng lereng Dempo ini

saksi bisu cintaku padamu

Kini ku kembali berdiri di lereng ini

Menatap fatomorgana di seberang sana

Karena kau tak pernah termiliki…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun