Mohon tunggu...
Arifah Handayani
Arifah Handayani Mohon Tunggu... Guru -

Founder Smart Parenting with Love Community, as a place to share Idea and Giving Information on Parenting. Generate The Power of Happy Mom for building a solid foundation to create a healthy Family base learning... Smart Family, Better Generation, Bright Future of The World...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesejatian Rizki, Manusia Berdaya dan Bekerja dengan Cinta

21 September 2017   11:48 Diperbarui: 21 September 2017   12:02 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rizki dari Sang Pencipta biasanya akan mengalir kepada kita, dari arah yang tak terduga, melalui tangan2 penuh kasih semesta dengan keberkahan yang nyata, bagi siapa saja yang mampu menghargai segala nikmat yang dia peroleh di kehidupan...

Pekerjaan dan gaji tetap memang sumber Rizki yang paling nyata, meski sering didapatkan manusia dengan menggadaikan bakat minat dan mimpinya. Beruntunglah mereka yang mampu bekerja dengan bahagia, sesuai potensinya...

Konon perniagaan adalah sumber Rizki dengan debit yang lebih Terasa Nyata ketika dijalankan dengan bahagia dan sungguh2, sesuai dengan niat dan kapasitas mereka yang menjalankannya...

Begitupun mereka yang memperoleh keberkahan Rizki sebagai efek samping kegiatannya, berupaya menjadikan Bumi tempat yang lebih baik bagi generasi berikut. Melalui berbagai jalan yang ditempuh para Newager dewasa ini, seperti edukasi, kesehatan, UKM, pemberdayaan perempuan, keluarga sejahtera, perlindungan anak, penyelamatan lingkungan, ketahanan pangan, mitigasi perubahan iklim, penanganan pengungsi, dan seabreg solusi yang bisa digulirkan, untuk mewujudkan mimpi mereka menjadikan dunia tempat terbaik untuk habitat tumbuh kembang anak cucunya...

Lalu mengapa masih saja ada mereka yang masih hidup dalam kekurangan, atau mereka yang merasa harus menadahkan tangan kepada manusia lain, demi mengharapkan belas kasih para dermawan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya...???

Well... Dunia memang penuh kisah tak sempurna, masih banyak manusia harus hidup dibawah garis kemiskinan, tanpa tau cara mengangkat kualitas dirinya, demi penghidupan yang lebih baik. Pun masih begitu banyak manusia yang miskin hatinya, hingga apapun yang mereka miliki tak pernah cukup untuk membuat mereka merasa mampu berbagi dengan semesta mungil tempatnya hidup. Begitu juga mereka yang masih merasa begitu yakin dengan kemalangannya, hingga siapapun selalu dinilai hidup lebih layak darinya...

Mungkin gelisahku hari ini adalah caraNya menegur diri, agar mau sadar bahwa memberdayakan Nusantara tidak bisa lagi dikerjakan hanya lewat berbagi wacana, sedang kemiskinan nalar dan hati meraja di mana2, menguasai harkat kemanusiaan Anak Negeri...

Sementara sebagai ibu dengan 4 anak, kami masih sangat bergantung aliran Rizki dari suami, yang kini sudah resmi berhenti jadi karyawan berpenghasilan tetap. Terkadang kamipun jeri menatap jalan terjal berliku yang harus ditempuh, demi memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putri kami, agar mereka kelak menjadi insan yang berguna dan mampu berperan aktif dalam memperbaiki Bangsa dan Tanah Airnya...

Entah sudah berapa kali kujawab gelisah hati anak2ku yang ragu akan kemampuan kami mengakomodasi kebutuhan pendidikan mereka, dengan satu jawaban pasti...

"Nyuwunlah pada Gusti Allah, Nak... Agar Dia menunjukanmu jalan dan meminjamimu kekuatan untuk jadi berDaya... Kalau kau hanya menggantungkan hidupmu pada kami, maka sesungguhnya orang tuamu bisa mati kapan saja..."

Masih terngiang pesan almarhumah Mama, sebangun beliau dari komanya, beberapa bulan sebelum akhirnya beliau berpulang...

"Berdirilah di atas kakimu sendiri, meski tinggal satu kaki yang mampu menyangga badanmu... Jika sudah tidak kuat, bersandarlah hanya kepada Sang Maha Kuat, karena hanya Dia sebaik2nya Penolong bagimu..."

Menjadi berdaya adalah satu2nya cara untuk memperoleh penghidupan yang layak bagi standar kebutuhan kita... Tetapi tumbuh menjadi manusia yang mampu memberdayakan adalah jalan terbaik untuk menjadikan hidup kita berdaya secara berkelanjutan...

Manusia berdaya membutuhkan beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya :

1. Memiliki koneksi yang baik dengan Sang Maha Memberdayakan, hingga mampu mensyukuri setiap kemudahan yang Dia selipkan diantara kesulitan yang tengah dihadapi...

2. Memiliki keperdulian terhadap semesta mungil tempatnya hidup, hingga dia tidak pernah merasa menjadi manusia paling sengsara di muka bumi, karena tau caranya berbagi. Sekalipun hanya dengan membagi senyuman...

3. Memiliki kepekaan atas diri, hingga mampu mengenali, mengaktivasi dan mengelola segenap potensi yang telah terinstalasi di dirinya, sebagai bukti Kesempurnaan Penciptaan Manusia...

4. Memiliki kemampuan mengkonversi setiap bentuk keluhan menjadi mimpi dan harapan, hingga energi berdaya selalu menafasi kehidupannya untuk terus bergerak, tumbuh, dan berkembang, demi menyempurnakan masa depan...

Berharap Sang Maha Daya Cinta berkenan mengizinkan jiwa ini hidup dalam Cinta, demi kemampuan bekerja dan berupaya dengan Cinta. Hingga semesta berkenan menyediakan Cinta di manapun jiwa ini bergerak, tumbuh, dan berkembang, dalam nafas pengabdian Bagimu Negeri, diri menyempurnakan bakti...

Semoga...

#GetaLIFE#BeALIVE
#TowardsTheInfinitynBeyond

*Tertulis untuk meredam gelisah di jiwa, demi memberdayakan generasi dalam pelukan... Ahsania Almas Rusyda Aghnetta, N'Fella Nouf, Julda Alfaza, Ghazi Raynard... Bersama pahlawan keluarga, ayah Akhmad Fauziedalam perjuangannya membangun platform untuk bergerak menjadi Berdaya dengan Memberdayakan...


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun