Saya : Now you see what I saw from the beginning.. Jaman ketika Nabi SAW berjuang untuk menegakkan Islam tidak ada vest interest semacam itu...
Membunuh saudaranya demi Kekuasaan...? Apa sudah lupa pernyataan tertulis bahwa sesungguhnya setiap muslim/mu'min adalah bersaudara...? Apa hukumnya membunuh sesama muslim pun sudah jelas...
Maka apapun bentuk pertikaiannya apakah para ulama sudah lupa caranya membuka Kitab Suci untuk menemukan jalan keluar. Jika seperti ini keadaannya, pantaskah kita semua hingga detik ini dihadapkan lagi dan lagi pada derita yang sama...???
D : Apakah As-Sisi yang memerintahkan pembantaian itu seorang muslim?
Saya : Namanya Abdul Fatah As Sisi... Namanya sih nama Islam... Muslim tidaknya yaa tergantung hatinya... Sedang para aparat yang memuntahkan timah panas ke lebih dari 100 muslim (yang tak bersenjata?) di tempat2 yang mematikan itu apa iyya benar2 harus lebih taat pada Jendralnya daripada Tuhan dan Nuraninya..???
Lagi2... Jika tidak ada apa ga mungkin ada asap tho... Api ini yang seharusnya dipadamkan hingga tidak perlu terjadi pertumpahan darah oleh sesama muslim karena perebutan kekuasaan...
E : ini..konteks jihad yg salah.. pd zaman khulafaur rasyidin pun trjadi perbedaan pendapat..tetapi sama2 bermusyawarah.. mereka yg menyeru jihad hnya krn prbedaan pemikiran dn aliran.. budaya pentakfiran pd suatu kelompok yg akhirnya mmbela kepentingan ideologi,golongan dn kelompok sendiri..hingga lupa mmbela islam nya.. apakah ini fanatisme buta?? bhwa mmberikan loyalitas yg ssungguhnya kpd agama..
Saya : Yup... Menyayangkan sikap Ulama Besar.. Penghafal Quran... Para Ahli Tafsir... Para Ahli Hadits... Yang gagal menjembatani perbedaan... Hingga timbul kebutuhan untuk merasa paling benar dan saling menyalahkan... Lupakah mereka bahwa perbedaan itu Sunnatullah, sedang benar atau salah itu murni hak prerogatif Sang Maha Tahu untuk menentukan...
Kita manusia hanya wajib berusaha untuk hidup di jalan kebenaran yang kita rasakan paling cocok bagi nurani... Padahal Islam adalah Rahmatan lil alamin... tapi bagaimana rahmat itu bisa dirasakan semesta jika fanatisme kelompok begitu kental menyelimuti dan membuat umat terkotak2 bahkan terpecah belah..
Makanya... hanya bisa berulah menghela nafas berat manakala menerima kabar umat Islam dibantai atau malah saling membantai lagi, kemudian dengan serta merta menuding pihak kafir, liberal, kapitalis n soon sebagai yang bersalah... tanpa kita mau bercermin...
Sesungguhnya mereka yang mengeruk keuntungan dari penjualan senjata.. amunisi.. bahkan perban dan obat2an, ga akan pernah perduli berapa banyak darah muslim tercecer lagi untuk melanggenggkan bisnis mereka. Buat mereka ini murni tentang uang bukan lagi tentang menang2an apalagi kekuasaan. Sedang kita terlalu sibuk dengan serentetan pembenaran untuk sadar bahwa perpecahan umat yang selama ini berseteru, adalah lahan keuntungan yang sedang dimanfaatkan sebesar2nya oleh penjahat2 kemanusiaan ini.