Pertanyaan yang terkesan basa basi ini dapat mengikis kepercayaan diri para mamsi. Pertanyaan yang menyangsikan kemampuan mamsi untuk memberikan ASI.
Jika bolak balik dibombardir dengan pertanyaan “ASInya cukup ga?”, “ASInya kurang ga?”, lama-lama akan membuat mamsi jadi merasa ga yakin dengan ASI yang dimilikinya.
Mungkin saja sebenarnya cukup, tapi jadi merasa ga pede dengan kecukupannya itu. Busui bisa depresi dan stress lho kalau begini, dan ini bisa berpengaruh terhadap produksi ASInya.
Ada kalanya saya menangis berlinangan air mata karena merasa ASI saya seolah gak ada cukup-cukupnya, bolak balik menyusui. Hampir tiap jam. Bahkan tak jarang, baru setengah jam sudah minta ASI lagi. Kalau jaman itu ada ibu atau mertua yang mendampingi, saya mungkin dibuatkan sayur katuk atau malah disodorkan susu formula.
Manfaat ASI
Hoo, bagi saya, pantang memberikan susu formula selagi masih sanggup memberikan ASI. ASI itu makanan bayi paling sempurna, mengandung enzim yang aman bagi pencernaan, mudah dicerna, tidak menyebabkan sembelit.
Satu hal yang selalu saya kangenin dari kegiatan menyusui adalah bonding-nya. Saya tak akan pernah bisa melupakan tatapan anak-anak kala mereka masih menyusu pada saya. Tatapan mata bahagia, tatapan penuh cinta. Tangan mungilnya yang menyentuh hidung saya, mata saya, atau memainkan rambut saya. Momen ini lah yang sungguh sulit dibeli. Priceless.
Memastikan ASI sang ibu lancar, selain membuat anak bahagia, terpenuhi kebutuhan gizinya, juga membuat sang ibu bahagia. Bahagia karena bonding yang tercipta, juga bahagia karena akan membuat sang ibu merasa dirinya capable, mampu.
Ibu yang bahagia dan percaya diri akan menghasilkan hormon oksitosin yang membantu melancarkan produksi ASI. Produksi ASI yang lancar selama masa menyusui, baik ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, maupun masa menyusui lanjutan hingga 2 tahun.
Lancarnya produksi ASI tentu amat sangat berguna untuk mencegah stunting dan kurang gizi pada bayi. Ini langkah penting dalam 1000 hari pertama kehidupan.
Memberikan ASI juga hemat pastinya kan. Kalau soal ini udah ga bisa diperdebatkan lah ya. Secara hitung-hitungan ekonomis memang jelas jauh lebih irit. Dan, saya rasa, ini juga sih yang membuat suami mendukung saya seratus persen, hahaha.