Seperti biasa, kalau pagi, saya yang menyiapkan sarapan untuk anak-anak saya. Menunya tergantung permintaan anak-anak saya.Â
Sebenarnya, di rumah ada si mbak yang sudah 9 tahun ini membantu saya. Dia tidak menginap. Setiap pagi datang jam 7 lewat. Kecuali hari Minggu dan hari libur nasional, si mbak tidak masuk.
Meski ada si mbak, anak-anak tidak mau dibikinkan oleh si mbak, kecuali kalau dalam keadaan tidak biasa. Misalnya, saya lagi dinas ke luar kota, atau kondisi saya lagi kurang fit.Â
Anak-anak inginnya saya yang bikin. Ya, begitulah. Terlebih selama pandemi Covid-19 saya lebih sering beraktifitas di rumah. Jadi, kesempatan mengurus anak-anak juga semakin memungkinkan.
Dan, pagi ini kakak Putik, kakak Najmu sarapannya minta nasi goreng buatan saya. "Bun, bikinin nasi goreng buatan bunda," katanya saat saya sedang merangkai puisi di kamar.
Jadi, saya buatkan nasgor ala saya. Biasanya nasi goreng yang saya bikin tergantung bahan-bahan yang ada di kulkas. Saya lihat ada kentang, wortel, sosis ayam.Â
Ya sudah, bahannya ini saja. Semuanya saya iris-iris, lalu saya tumis pakai margarin yang sudah tercampur sambal. Ini sambal yang diulek sendiri, bukan sambal instan.
Saya aduk-aduk biar bumbunya menyerap, lalu saya masukkan nasi, aduk-aduk lagi deh. Tak lama selesai nasi goreng pun jadi. Kalau saya rasakan sih, sudah pas di lidah saya.
"Coba kurang apa, kurang garam nggak?" tanya saya pada anak kedua yang setelah dicicipi katanya pedas, "Tapi enak sih. Kurang garam aja dikit," katanya.
Setelah ditaburi sedikit, aduk-aduk, sarapan pun tersaji. "Bagaimana enak?" tanya saya yang dijawab enak, dan terbukti setelah habis sepiring, nambah lagi.Â
Saya kasih nama nasi goreng semangat pagi saja deh untuk menyambut pagi dengan penuh semangat. Meski belajar masih dari rumah, tetap dihadapi dengan penuh semangat.
Syukurlah saya bikin agak banyak karena saya tahu biasanya kalau makan nasgor ala saya suka pakai nambah. Mungkin karena enak, mungkin juga karena lapar.
Begini cara saya menyapa anak-anak di pagi hari. Biar anak-anak merasakan hubungan yang erat antara saya sebagai bunda, dan anak-anak. Sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang saya pada abak-anak. Cukup sederhana, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H