Mohon tunggu...
Eva Marini
Eva Marini Mohon Tunggu... -

seorang wanita pekerja yang ingin menjadi istri dan ibu yang baik bagi suami dan anak2.. *bisa gak yah???

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersyukur Atas Apa yang Aku Jalani Saat Ini

18 November 2010   09:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:30 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di awal ku bertemu dengannya biasa aja.. perasaanku padanya biasa aja.. hatiku...hmmmm nyaris biasa aja...

Hari kedua bertemu dengannya aku mulai mengenal dirinya.. siapa dia.. kesehariannya.. kluarganya.. cara dia berinteraksi.. cara nya melihat aku..memperhatikan aku... Aku mulai merasakan ada sesuatu namun aku belum tau betul itu apa.

Hari ketiga, hari terakhir, aku mulai merasakan dan yakin bahwa itu adalah cinta. Hatiku mulai berdegup saat aku melihatnya.. dan air mataku meleleh saat aku berpisah dengannya.. Ternyata dia juga merasakan hal yang sama, saat itu dia mengatakan padaku "Begitu singkatnya waktu begitu besarnya cinta"...

Hari berikutnya kami lalui dengan komunikasi via telepon, sms dan chatting... Ngobrolin apa aja, mulai dari kluarga, kisah lucu waktu sekolah, tentang pekerjaan di kantor, temen-temen, awal pertemuan, kelebihan dan kekurangan masing2 sampai merencanakan ke tahap yg lebih serius. Satu bulan berjauhan, selama itu aku merasakan muncul harapan demi harapan. Harapan untuk bertemu dengannya kembali, harapan untuk bisa memilikinya.. bahkan tak jarang aku menangis karena menahan rasa rindu yg terlalu besar.

Cinta yang awalnya biasa.. berujung luar biasa.. lebih tepatnya bukan berujung.. karena cinta ini tak kan pernah berujung...Aku merasakan cinta ini semakin hari semakin bertambah.. bahkan sampai detik ini.. Aku mulai takut kehilangannya. Kali ini cintaku tak seperti biasanya, kali ini cintaku mengalahkan egoku yang sebelumnya tinggi sekali, cintaku membuatku ingin lebih memahaminya dan membahagiakannya.

Pertemuan ku berikutnya, membuat cinta ku tumbuh berlapis..lapis.. Kesabarannya, pengertiannya, kesopanannya, kedisplinannya, kesungguhannya.. luar biasa.. aku semakin yakin bahwa dia lah orang yang tepat buat pendampingku kelak. Setelah bertemu pasti berpisah. Perpisahan kali ini lebih berat dari sebelumnya, namun aku tetap kuat untuk tidak menangis di depan keluarganya. Hari2 yang kulalui disini tanpanya sepi, namun aku masih menyimpan harapan untuk pertemuan berikutnya, pertemuan yang akan mengikat hati kami.

Pertemuan ku berikutnya, aku mensyukuri atas apa yang aku jalani saat ini. Atas hadirnya seseorang seperti dia yang membuat hidupku lebih bermakna. Seseorang yang membuat aku mencicipi arti kesempurnaan. Cukup lah dia yang membuat ku bahagia, tak mau yang lain, dan tak ada yang lain. Pertemuan kali ini membuat aku lebih dekat dengan lingkungannya, keluarganya dan ibunya. Aku bersyukur akan memiliki keluarga baru seperti keluarganya, bersyukur akan memiliki ibu mertua seperti ibunya, cara ibunya menyayangiku hampir sama seperti cara dia menyayangiku.. tulus... Aku merasa ketika aku melihat keluarganya, aku seperti melihat dia.

Aku menceritakan semuanya pada mamaku, mama juga merasakan hal yang sama. Mama bersyukur karena Allah telah menjawab doa-doa mama selama ini. Mama yang menyayangiku, selalu mendoakan ku agar tak mengalami hal yang dialami mama. Alhamdulillah ya Allah..

Akhirnya tibalah saat perpisahan, kali ini aku tak bisa menahan isi hatiku. Aku ungkapan dengan air mata bahwa aku tak mau berpisah dengannya lagi. Ibunya dengan sabar memberikan pengertian padaku, menghiburku dan mendengarkan isi hatiku. Sementara dia, hanya bisa menghapus air mataku yang  jatuh sendiri. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tahu itu, karena dia akan kembali ketempat kerjanya, melanjutkan aktifitasnya disana. Aku berusaha untuk memahaminya, tapi aku tak kuasa menahan tangisku, sampai pagi menjemput mataku tak terpejam sedikit pun dengan nyenyak.

Tibalah hari ini, hari dimana kami akan berpisah kembali. Jauh.. berjarak ratusan km yang tak bisa membuat aku memeluknya bahkan melihatnya pada saat aku merindukannya. Seperti biasa aku mengantarkannya ke bandara, ditengah kerumunan orang2 aku menangis segugukan.. ramai mata melihatku.. namun aku tak peduli.. aku tumpahkan rasa sedihku di bahunya.. didepan pintu masuk dia memelukku.. aku melihat matanya basah.. dia mencium keningku.. aku balas mencium tangannya.. dia menatapku sejenak kemudian perlahan masuk kedalam meninggalkanku. Aku menunggunya, melihatnya sampai tak terlihat lagi.

Di perjalanan pulang, aku tak menangis lagi.. ada senyum di bibirku.. dia pergi untuk kembali.. dia pasti kembali untuk menjemput aku dan pergi bersamanya. Aku terus bersyukur atas apa yang aku jalani saat ini, dan berdoa kepada Allah agar menguatkan ikatan hati kami sampai saat nya tiba bahkan selamanya. Amin...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun