Mohon tunggu...
Prabu
Prabu Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Ngomong Indonesia Ngomong budaya Indonesia Ngomong budaya wayang Indonesia http://indonesiawayang.com https://www.facebook.com/bumiprabu https://www.facebook.com/wayangprabu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Mati Sang Tiran (2)

5 Januari 2016   22:14 Diperbarui: 5 Januari 2016   23:01 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Saya ini manusia, Sinuwun !”

“Lha iya, saya tahu itu !”

“Kalau berdasarkan pemikiran bahwa saya ini adalah manusia, tentunya harus menggunakan rasa kemanusiaan”

“Yang tidak memiliki rasa kemanusiaan itu AKU atau Pandawa-mu itu !”

“Paduka berkata seperti itu atas dasar apa ?”

“Pandawa tidak mungkin kalau tidak tahu bahwa Kurawa itu adalah saudara saudara tuanya. Mengapa berani melawan ? Pandawa bila lengkap nalar dan panca indranya, tentu ingat bahwa Resi Bhisma itu adalah guru dan orang tua yang harus dijunjung dan dihormati. Namun apa yang dilakukan mereka ? Pandawa tega membunuhnya, sekujur tubuhnya dipenuhi oleh panah-panah yang mereka lepaskan dari busur dengan tiada rasa sesal sedikitpun. Kamu tahu gugurnya tiga satria Wirata, Seta, Utara dan Wratsangka ? Siapakah mereka ? Ya .... merekalah yang berjasa menampung para Pandawa setelah menjalani hukuman buang di hutan Kamiyaka selama dua belas tahun, untuk menjalani penyamaran selama satu tahun. Namun apa yang dilakukan Pandawa sebagai balas budi ? Dasar tidak punya rasa kemanusiaan ... bukannya diangkat derajatnya, malah dikorbankan dalam perang dengan alasan atas kehendak mereka sendiri. Apakah itu yang disebut sebagai satria utama ? Bukankah layak di sebut sebagai pecundang dan serendah rendahnya derajat bagi orang yang memiliki sifat dan watak seperti itu ? Kebaikan malah dibalas dengan nista. Padahal saat mereka lepas dari hutan Kamiyaka, Pandawa tidak punya apa apa .... Pandawa kereeeee ... bahkan berderajat lebih rendah dari SUDRA sekalipun ! Seperti itu, aku sebut Pandawa adalah TELAS TILASING JANMA, serendah rendahnya manusia !!! Habisss … derajat kemanusiaannya !!! Para Pandawa berwujud tidak ubahnya seperti binatang hutan yang ganas, mencari darah manusia untuk menuntaskan haus dan laparnya. Manusia yang seperti itu yang engkau unggulkan ... engkau cintai.. heh …!!!”

Terengah engah Suyudana memuntahkan semua kebenciannya terhadap Pandawa dihadapan Banuwati. Matanya masih merah menebarkan amarah. Namun dengan tenang, Banuwati kemudian menjawab logika berfikir suaminya itu

“Sinuwun”

“Apa”

“Kalau diperkenankan saya berbicara lagi”

“Ya cepat berbicaralah ... aku tidak mau kalau engkau kalahkan dalam pembicaraan ini !”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun