Mohon tunggu...
diah rofika
diah rofika Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Lahir di Jepara sehingga sangat mengidolakan RA Kartini. selepas kuliah terjun di bidang pemberdayaan perempuan dan pendampingan perempuan korban kekerasan serta penghapusan pekerja anak. aktif menulis sastra dengan topik perempuan baik itu cerpen, puisi ataupun novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dulkapid Kena Batunya

17 Maret 2013   20:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:36 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Juminten kemudian memiringkan kepalanya agar rambutnya bisa dibelai dan dicium Dulkapid.

DK: „Tuh betul, aromanya sama dengan yang tadi mas cium di luar sana“.

Saking nafsunya Dulkapid pada Juminten yang siang itu hanya memakai gaun setipis kaca akuarium, sehingga mata Dulkapid yang kalau nggak melotot saja sudah mirip dengan mata kucing melihat ikan asin, begitu melotot kontan saja jadi mirip mata harimau yang melihat anak kijang sedang berlari dan melompat di padang ilalang. Tenggorokannya cleguk-cleguk dan hatinya sudah tidak sabar ingin segera memulai acara meetingnya.

JM: “Sabar tho mas, kita mulai dulu dari acara pembukaan dan sambutan-sambutan”

DK: “Hehehee…. Mas Dul sudah lapar dik, gimana kalau kita mulai dengan coffee break saja dulu? Mas Dul belum makan sejak tadi malam”, Dulkapid menawar.

Juminten tersenyum dalam hati. “Salah sendiri, kalau aku sudah kenyang karena tadi pagi sarapan pake ikan kakap”, jawab Juminten dalam hati.

DK: “Gimana dik?”, Dulkapid bertanya sambil tangannya sibuk mencicipi sedikit-sedikit hidangan yang ada di hadapannya.

JM: “Ya sudah silahkan teruskan cicip-mencicipnya, tapi ingat lho ya, biaya meetingnya kali ini harus ditambah”

DK: “rebess dik”. Setelah menjawab begitu, Dulkapid makin lahap mencaplok hidangan coffe breaknya. Sayangnya kali ini Dulkapid kurang hati-hati dan berbuat sangat bodoh dan ceroboh. Akibat tidak mendapat jatah makan malam dari istrinya, membuatnya sangat kelaparan sehingga dia melanggar pantangan yang terdapat dalam persyaratan molimonya. Dulkapid yang ngambeg pada istrinya, tak kuasa lagi membendung perasaan cintanya kepada Juminten, event organizer acara meetingnya yang sudah lama ditaksirnya karena selalu memberi pelayanan yang memuaskan. Pada suatu kesempatan di acara meetingnya Dulkapid pernah menawari Juminten untuk menjadi istrinya dan berhenti menjadi agen PPT, Tapi Juminten belum mengiyakan. „Masih dipikir-pikir dulu“, begitu jawaban Juminten waktu itu. Juminten tahu Dulkapid sangat cinta kepadanya. Tapi tentu saja dia tidak sudi, karena meskipun berkantong tebal tapi Dulkapid memiliki wajah yang tidak termasuk dalam kategory type wajah lelaki yang didambakannya. Apalagi setelah tadi pagi dapat pelanggan yang setara di dalam hal ketebalan kantong tapi lebih ganteng dalam hal rupa wajah. Tambah nggak mau lah Juminten membalas perasaan Dulkapid.

Perlu diketahui, bahwa untuk bisa menerima aji-aji pemikat, Dulkapid mesti mentaati beberapa persyaratan yang diajukan oleh dukunnya. Syarat-syarat itu di dunia ilmu perdukunan dikenal dengan istilah molimo, namun dalam kasus Dulkapid dukunnya mensyaratkan (molimo lehbeh liji alias M5 oleh kabeh kecuali siji). M5 itu meliputi Mencuri alias korupsi, Mabuk, Main judi, Main perempuan dan Main perasaan. Dari kelima persyaratan itu yang tidak boleh dilakukan adalah Main perasaan. Sementara 4M lainnya boleh dilakukan. Tujuannya adalah demi kebaikan Dulkapid itu sendiri. Kalau molimo itu dimainkan dengan perasaan, dikhawatirkan nantinya Dulkapid jadi susah untuk bertobat. Ya seperti kata pepatah tua, sejahat-jahatnya orang pasti masih memiliki kebaikan walau sedikit. Itulah sedikit kebaikan yang ada pada diri sang dukun. Dia masih memikirkan hari tua Dulkapid nanti. Karena itu dalam melaksanakan molimo itu hendaklah tidak disertai dengan perasaan. Tapi dasar Dulkapid yang kerjanya cuma memikirkan kenikmatan duniawi saja, tanpa pernah sedikitpun mengimbanginya dengan perbuatan-perbuatan baik untuk bekal akhiratnya nanti, akhirnya kena batunya deh dia. Dia obral perasaannya saat meeting dengan Juminten. Akibatnya ilmu aji-ajinya luntur seketika dan tidak lagi bisa melindunginya dari berbagai bahaya yang bisa mengancam keselamatannya.****

Dulkapid keluar dari hotel dengan menggandeng mesra tangan Juminten. Salah seorang wartawan yang sedang standbye di sana memergokinya dan langsung membidikkan kamera ke arahnya. Dulkapid yang masih menyangka bahwa aji-ajinya masih berfungsi dengan baik tidak berusaha untuk menghindar. Dia malah memberikan senyum manisnya dan melambaikan tangan ke arah sang wartawan. Dalam hatinya dia tertawa terpingkal-pingkal dan berkata „dasar wartawan bodoh, buaya masuk ke hotel kan bukan berita baru lagi, hihiiiiii“.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun