"Iya nih, anda kurang tidur ya tadi malam, pagi-pagi sudah ngelantur dan menakut-nakuti orang"
“Harimau?”, tanyaku membathin. Apa mungkin lolongan anjing yang kudengar tadi ada hubungannya dengan hadirnya hewan carnivora ini? Terkadang gerak-gerik hewan bisa dijadikan tanda akan adanya sesuatu peristiwa atau bahaya yang akan terjadi. Misalnya saja jika akan terjadi gunung meletus, salah satu tandanya adalah banyak hewan yang turun gunung dan menuju ke perkampungan-perkampungan penduduk. Tapi ah, mana mungkin di sini ada harimau yang berkeliaran bebas. Lagi pula kebun binatang kan juga jauh dari sini. Dan lebih tidak mungkin lagi kalau sampai kebun binatang itu kebobolan dengan kaburnya salah satu penghuninya. Karena setahuku pengamanan di sana sangat ketat. Ah..jangan-jangan mereka salah lihat. Mungkin hanya seekor anjing yang memiliki badan sebesar harimau. Atau jangan-jangan memang anjing yang tadi pagi lolongannya kudengar. Aku jadi geli dan tersenyum sendiri. Kulihat beberapa orang mulai berdatangan. Ujung jalan sparrstrasse tampak ramai.
“Ada apa sih ma?” anak sulungku yang sudah bangun bertanya padaku. Rupanya dia juga mendengar kegaduhan yang terjadi di luar.
“Tadi banyak orang menjerit di luar, kata mereka ada harimau”
“Harimau?, ada-ada saja. mana mungkin di sini ada harimau berkeliaran”, sama seperti diriku anak sulungkupun tidak mempercayainya.
“Ya sudah, kalaupun ada pasti sebentar lagi polisi akan mengamankannya. Ayo kita bersiap-siap untuk beraktivitas”, ucapku seraya kembali ke dapur. Selang beberapa waktu kemudian sudah tidak lagi terdengr kegaduhan di luar sana. Suasananya kembali lengang. Hanya suara langkah satu dua orang saja yang berjalan melewati trotoar di depan Wohnung kami. "Mungkin harimaunya sudah ditngkap dan diamankan", bathinku lega.
Pukul setengah delapan, anak sulungku pamit untuk berangkat ke sekolah. Aku menunggu beberapa saat di depan jendela untuk memastikan tidak terjadi hal-hal yang buruk yang akan menimpa dirinya ketika melintas di tempat di mana tadi orarng-orang mengatakan telah melihat harimau. Di sana sudah tampak sepi. Orang-orang yang tadi berkerumunpun sudah bubar. Alhamdulillah semuanya kembali aman. Aku lalu ganti menyiapkan si bungsuku. Tepat pukul delapan aku mengantarnya ke sekolah. Ups...... aku menghentikan langkahku ketika membuka pintu gerbang Wohnung, jantungku rasanya mau copot saat itu juga. Di ujung jalan itu kulihat ada seekor harimau tengah tiduran dengan tenang di antara daun-daun kering yang berserakan menunggu bagian kebersihan datang untuk membersihkannya. Posisinya membelakangi kami. Badannya yang besar dan ekornya yang panjang tampak tak bergerak. Sepertinya tidurnya sangat lelap.
“Adik..... berhenti dulu dik.... ada harimau”, pekikku kecil sambil menarik tangan bungsuku supaya mendekat kepadaku.
“Ihh mama.. itu kan cuma seekor boneka harimau. Lihat tuh..... kupingnya sudah robek”, jawab bungsuku.
“Mosok tho dik... coba ayo kita lihat”, aku lalu menggandeng tangan bungsuku sambil bergerak maju mendekati si boneka harimau.
“E alaah..... ternyata benar apa yang dikatakan oleh si bungsu. Ini hanya sebuah boneka harimau. Mataku yang mulai plus tidak bisa melihat bagian boneka yang telah robek. Bentuknya sangat mirip dengan harimau beneran. Apalagi jika dilihat dari kejauhan. Orang yang melihatnya untuk pertama kali pasti mengira kalau ini harimau sungguhan. Tidak heran jika tadi pagi banyak yang berteriak karena kaget dan dibuat panik karenanya. Teganya ya orang yang telah membuang boneka rusak ini di sini dan membuat kehebohan di sini. Untung tidak sampai memakan korban. Bagaimana seandainya salah satu orang yang melihat tadi punya penyakit jantung, bisa jadi langsung wassalam. Aduh jadi ngelantur deh. Tapi bisa saja kan?