Suami dari teman yang kutebengi, Kang Toyo tanya, "Bu Sil, pileg nanti kita Demokrat aja nih?" Tentu saja kujawab "iya dong!" mantap. Kalau kita mau Abah Dahlan Iskan naik ke RI 1 kita harus memilih Dahlan Iskan. Kujelaskan lagi untuk kesekian kali kebaikan Abah kita itu. Dan betapa sebetulnya Partai Demokrat adalah partai yang mau bersih-bersih, sementara yang lain malah melindungi kadernya yang terlibat korupsi.
Pertanyaan Kang Toyo seakan menjawab kerisauanku. Seakan melihat secercah cahaya matahari di balik gulungan awan Cumulonimbus (filem UP).
Selama ini aku melihat, membaca dan mendengar publik kelihatannya seperti menghindari Partai Demokrat.
Banyak yang bilang Dahlan Iskan Yes, Demokrat No.
Masih keukeuh dengan pertanyaan (atau pernyataan) kenapa tidak lewat independen saja? Sudah dijelaskan berulang kali, pilpres lewat independen tidak ada dari sananya. Sudah dijegal sejak UUD 1945 amandemen.
Kata Wikipedia: "Menurut Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 6A, Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres). Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelumnya."
Jadi apa boleh buat, kalau mau nyapres ya tidak ada jalan lain selain lewat parpol.
Ada lagi pertanyaan, kenapa musti demokrat yang sedang terlibat partai yang korup?
Sudah dibilang berulang-ulang di banyak media, kalau Dahlan Iskan tidak melamar ke parpol. Tidak ada yang melamarnya untuk jadi capres. Dilamar Partai Demokratpun dia masih jual mahal.
Dia mengajukan 3 syarat, yang meliputi: Syarat pertama adalah popularitas dan elektabilitasnya cukup potensial untuk berkompetisi dengan calon lain yang ada. Syarat kedua adalah dia mendapat restu dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sedangkan syarat ketiga adalah tokoh lain yang menurutnya lebih pintar, lebih kaya dan lebih muda dari dia, tidak ikut konvensi.
Setelah ketiga syarat itu terpenuhi barulah Dahlan bersedia masuk konvensi. Sebelum ini kami, Dahlanis, bagaikan kucing melompat-lompat, mengikuti tuannya yang bawa ikan. Entah itu ikan buat makanan kucing atau buat makan siang tuannya, belum jelas. Dengan melihat prestasi Dahlan Iskan yang bertubi-tubi, sikap Dahlan Iskan yang begitu merakyat, kami menghayal, indahnya jika Dahlan Iskan menjadi Presiden RI ke tujuh.
Partai Demokratpun bukan partai yang paling korup. Iya, Korup memang. Tapi posisinya nomer 3. Padahal dia partai penguasa. Bandingkan dengan PDIP yang peringkat 2 padahal dia oposisi. Apalagi kalau penguasa ya. Golkar apalagi. Dahlan Iskan secara bergurau, bilang, kalau orang Demokrat baru belajar korupsi, jadi kurang pintar menutupi hasil korupsinya. Iya ya. Golkar dan PDIP kelihatannya lebih bisa menutupi hasil korupsinya. Tapi bau bangkainya tercium juga oleh KPK. Malah menempati peringkat 1 dan 2.