Mohon tunggu...
Bunda Lestari
Bunda Lestari Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aku penguasa kehidupanku sendiri dan aku harus memegang kendali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teman Ghaib Rayhan

3 Desember 2012   01:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:16 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bun...Aan mau main sama teman-teman", dalam kantuk yang kian menyergapku kudengar sayup-sayup suara Rayhan putra tunggalku. Ayahnya sudah lama terlelap dibuai mimpi. Tidur siang Rayhan cukup lama tadi, tidak heran matanya masih terbuka lebar sekalipun malam sudah hampir di penghujung.

"Mau main sama siapa sayang, kan teman-teman Rayhan semuanya sudah tidur", kataku pelan sambil mengusap rambut ikal bocah 4 tahunku. "Itu teman-teman Aan sudah datang kesini bun..." Rayhan tersenyum sambil matanya menatap sekeliling kamar tidurnya. Rayhan tanpa memperdulikan bundanya yang ternganga heran dan dingin yang tiba-tiba membuat merinding bulu kudukku, segera meloncat dari tempat tidur mobil-mobilannya. Dia tertawa-tawa, tangannya seakan sedang bergandengan dengan berputar, terkadang bernyanyi-nyanyi kecil juga bertepuk tangan seperti halnya anak-anak yang sedang bermain dengan teman sebayanya. Kantukku kontan hilang menyaksikan kelakuan Rayhan yang sangat tidak biasa ini.

Suamiku membeli rumah tua ini beberapa tahun lalu setelah dengan susah payah kami menyisihkan penghasilan bertahun-tahun dan sedikit demi sedikit merenovasi hingga menjadi seperti sekarang ini. Dan selama itu pula kami tidak pernah mengalami gangguan-gangguan makhluk ghaib karena aku yakin kalau Allah selain menciptakan  makhluk nyata seperti kami, juga makhluk ghaib yang mendiami dunianya masing-masing, sekalipun sekali-kali pernah aku dengar suara-suara asing tetapi aku tidak pernah mempedulikannya.

Merinding masih kurasakan sambil tetap mataku seakan tak berkedip menyaksikan Rayhan yang masih bermain sampai kira-kira 1 jam hingga akhirnya dia seperti pamitan ke "teman-temannya",  dia sudah mengantuk dan ingin tidur. Karena memang mataku sudah memberat seiring malam yang makin menggayut, setelah menyelimuti anakku aku segera menyusul suami merajut mimpi.

Keesokan hari sambil menyiapkan sarapan untuk suamiku, aku bercerita tentang kelakuan anak kami semalam dan pernyataan suamiku membuat merindingku bangkit lagi. "Ayah pernah melihat mereka, seperti sekeluarga... dengan 2 anak yang salah satunya sebaya Rayhan. Tapi biarlah toh selama ini mereka tidak pernah usil sama keluarga kita. Biarkan saja kalau sekali-kali ingin mengajak Rayhan bermain. Tak usaha takut, kita sama-sama makhluk Allah".

Aku dan suami berharap semoga keluarga kami dan "keluarga" itu bisa hidup damai bersama-sama di rumah ini dan tidak saling menganggu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun