Mohon tunggu...
Bunda Lestari
Bunda Lestari Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aku penguasa kehidupanku sendiri dan aku harus memegang kendali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jodohku, Dimanakah Dirimu

30 November 2012   07:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:26 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Mbak...masih ingat saya ?" sapa seorang gadis muda di sebuah toko buku di siang hari saat saya sedang sibuk memilih bacaan untuk princess tercinta saya. Oow ...mana mungkin saya melupakan wajah tirus nan ayu itu karena beberapa tahun silam saya pernah begitu akrab dengan keluarganya disebabkan salah satu abangnya pernah menjadi someone special saya (cuit...cuit... jadi mau malu).

Kami sepakat untuk meneruskan pertemuan kami di sebuah foodcourt dan meluncurlah cerita tentang seputar hidup saya sekarang dengan suami dan anak-anak juga pekerjaan. Si gadis muda bersikap sebagai pendengar yang baik, sekali-kali terdengar seruan oh, oya, hmm dan tertawa kecilnya. Setelah saya mengakhiri cerita, saya berharap kini gilirannya menceritakan hidupnya yang jika melihat penampilannya yang begitu elegan, pasti sekarang dia sedang ada di karir yang baik.

"Saya sampai saat ini masih sendiri mbak" tiba-tiba dia berkata setelah berdiam diri cukup lama. "Entah kenapa sulit sekali mendapatkan laki-laki yang bisa menyayangi dan saya sayangi, semua laki-laki yang mendekat akan mundur teratur begitu tahu saya bekerja dimana dan sebagai apa". Pandangannya menerawang jauh pada saat dia menyatakan "curhatnya". "Mereka sepertinya tidak nyaman ada di dekat saya, entah minder atau sebab apa...padahal secara tingkat pendidikan kami setara" tambahnya. Kali ini giliran saya yang menjadi pendengar setianya tidak tahu harus berkata apa. Dia seorang lulusan terbaik dari sebuah PTN terkemuka di negeri ini, berada di jenjang karir yang tinggi, mandiri dan penampilan semenarik dirinya tapi susah untuk mendapatkan jodohnya. Sepintas memang tidak ada yang kurang pada dirinya..

Dia sangat ingin hidup berkeluarga seperti saya dengan anak-anak dan suami tercinta di sebuah rumah sederhana yang kami beli bersama (dia memiliki rumah indah di daerah elite dan mobil kinclong yang dibelinya dari hasil kerjanya), tapi tidak ada seorangpun laki-laki yang berminat untuk dijadikan pendamping setianya padahal kriterianya untuk calon suami tidak muluk-muluk.....dia hanya ingin seorang laki-laki yang bisa mengerti dan menyayangi dirinya sepenuh hati. Saya hanya bisa berkata untuk tetap bersabar dan terus berusaha dan juga berdo'a agar Allah cepat mempertemukan dirinya dengan soulmatenya. Ah dia juga sempat-sempatnya menyayangkan kegagalan saya untuk menjadi kakak iparnya yang saya tanggapi dengan candaan "habisnya abang kamu gak sepinter kamu sih" haha....

Kami berpisah setelah bertukar pin BB dan saling berjanji untuk tetap menjaga silaturahmi kami. Di perjalanan pulang saya berpikir... benarkah seorang laki-laki akan merasa minder dan hilang kepercayaan dirinya jika harus dihadapkan dengan seorang wanita yang pintar, punya karir bagus dan mandiri segalanya.  Apakah suami saya memilih saya karena saya tidak begitu pintar, karir dan wajah juga standar- standar saja...hehe

Jodoh memang rahasia Allah SWT...tetaplah berusaha dan jangan pernah putus asa untuk mendapatkannya. Semoga penantianmu berbuah manis dan akan indah pada waktunya non...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun