Sudahlah! Biar gelap mata, langkah tetap bertujuan
Jerit nyeri sebatas seluet kilat tajamnya belati tak lebih dari
Harapan diantara gebalau angin sakau kepalamu, pun aku
Tidak lebih kejam dari segala ancaman duka rana atau derita
Yang kucipta di setiap helaihelai hela nafas yang hembusnya
Berwangi aroma kematian bahkan telah aku leburkan dalam
Darah sampai akhirnya alir bertemu muara penghianatan
O, bukan, maksud kata adalah alasan, sebab kesimpulan
Dari sakit yang menahun seperti anugrah para musafir
Di bibir srigala penguasa cekam malam
Berhentilah mengaduk-aduk prasangka. Sebab keyakinan
Tak lain dari hasrat yang keparat, menjadikal akal,
Budak dari segala keinginan
Blandongan-Mato, Oktober’10-Januari’11
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H