Acara charity yang digagas oleh MIDU Indonesia sukses dilaksanakan pada hari Sabtu (17/6). Berlokasi di bawah jembatan kali Rawa Malang Cilincing Jakarta Utara, aktifis sosial dari MIDU Indonesia bersama puluhan anak-anak penghuni kampung Cilincing, duduk bersama lesehan dalam acara Highly Presented For Open Donation.
Acara siang hari itu berupa penyerahan sumbangan hasil donasi para relawan yang tergabung dalam MIDU Indonesia. Sebuah
NGO (Non-Govermment Organization) yang fokus pada penanganan anak-anak sekolah yang terpinggirkan.
Penggagasnya Auberta Tracy Tjahjadi selaku Founder MIDU Indonesia bersama sahabatnya Raidatussafira yang bertindak sebagai Co-Founder. Keduanya hadir di tengah keceriaan anak-anak penghuni sekitar kolong jembatan Cilincing.
Kepedulian MIDU Indonesia kepada anak-anak yang terpinggirkan di Jakarta menjadi angin segar bagi mereka yang selama ini luput dari perhatian pemerintah dan dinas terkait. Bukan dihitung dari jumlah sumbangan donasi yang diserahkan pada siang itu, tetapi duduk bersama tanpa jarak dan saling berkomunikasi adalah proses saling menguatkan.
"Anak-anak dari berbagai macam latar belakang, kita adakan kegiatan mewarnai mengajak mereka menceritakan terkait cita-cita. Lalu membentuk kelompok untuk membuat yel-yel dan dilanjutkan dengan anak berusia usia 15 ke atas dengan memberikan penjelasan mengenai sex education. Mereka sangat antusias untuk mendengarkan penjelasan perlunya pengetahuan sex education sejak dini" jelas Raidatussafira selaku Co-Founder kepada awak media yang dibantu 8 orang volunteer mensukseskan acara sederhana namun penuh rasa kemanusiaan itu.
Sementara itu Auberta Tracy Tjahjadi selaku Founder MIDU Indonesia menyampaikan pandangannya terkait kondisi sosial masyarakat.
"Budaya dan lingkungan yang begitu berbeda di wilayah ini, mempengaruhi masa depan bangsa. Saatnya eksistensi MIDU Indonesia tidak hanya untuk memberikan pelajaran atau pendidikan kepada adik-adiknya. Tetapi perlunya menyuarakan kondisi dan apa yang sebenarnya terjadi kepada masyarakat luas. Kami butuh berkolaborasi dengan media untuk bersama-sama menyuarakan fakta sosial tidak banyak diketahui publik" ungkap Auberta.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Bunda Desi, pendiri Rumah Merah Putih.
"Tolong sampaikan kepada seluruh dunia bahwa anak-anak ini telah banyak kehilangan hak-haknya. Yaitu hak mendapatkan kasih sayang, hak yuridisnya (tidak mempunyai akta kelahiran), tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Anak anak yang pada usia belajar, namun situasi memaksa mereka untuk bekerja"
Acara ditutup dengan pembacaan doa dan pembagian bantuan buku, pakaian layak pakai, makanan vitamin alat tulis dan uang pembinaan. Mereka kemudian foto bersama dengan sekitar 80 orang anak berbagai usia. Mereka baru sebagian kecil dari ratusan bahkan ribuan anak bernasib sama yang belum tersentuh perhatian.