Nama lengkapnya baru saya tahu beberapa hari yang lalu ketika juru foto menyanyakan nama lengkapnya dan mengukir nama itu di peti. Saya yang sejak kecil memanggilnya mbah uti , selama ini hanya tahu namanya dari orang - orang yang memanggilnya sebagai Mbah Kirmin . Nama almarhum suaminya , mbah kakung saya .
Sosoknya yang bersahaja , dan selalu mengerjakan segala sesuatu denga cara sempurnya dilatar belakangi dengan profesi dan sekolahnya dulu . Mbahuti dulunya tinggal di asrama bersama biarawati -biarawati yang selalu mengajarkan disiplin , tata krama , dan sopan santun yang kuat . Profesi mbahuti semasa aktif dulu juga sebagai guru , yang terbiasa mendidik dan menjadi suri tauladan bagi murid - muridnya .
Mandiri dan berwibawa , sebagai seorang wanita  mbahuti adalah kartini sejati bagi saya . Menikah dengan seorang tentara pada jaman perang dahulu memberi konsekuensi yang berat baginya , sering ditinggal mbah kakung ke medan perang , mengurus segala sesuatunya sendiri . Seringkali mbah kakung tidak dapat menemaninya pada saat sedang mengandung , bahkan proses persalinan . Mbahuti dulu pernah bercerita saat - saat ketika ia melahirkan dan harus menginap di rumah dokternya  , saat  ia mengurus segala sesuatunya ketika sedang kepayahan , namun dari semua ceritanya itu tidak ada keluh kesah sama sekali . Semua kata - kata yang ia ucapkan murni bercerita tanpa terselip keluhan atau rasa disusahkan . Tujuh anak yang mbahuti lahirkan pun saat ini telah menjadi orang besar , tidak hanya dari segi ukuran karena semuanya memiliki berat badan yang ekstra , namun semuanya telah sukses dan selalu jadi kebanggaan buatnya . Apabila sedang berkumpul bersama teman - temannya tak jarang ia selalu menceritakan putra - putrinya dengan penuh rasa bangga dan tak henti - hentinya mengacungkan jempol .
Sosoknya yang keras . Dari papa saya , saya tahu bahwa dulu mbahuti adalah ibu yang super disiplin . Ketika jam makan semua harus segera berkumpul dan makan bersama , saat jam tujuh semua putra - putrinya termasuk beberapa keponakannya yang tinggal dirumah dan disekolahkannya harus mematuhi jam belajar . Tidak ada yang boleh ramai , semua harus belajar .
Penuh perhatian . Setiap saya berkunjung beliau selalu memastikan saya untuk makan. Ketika SD dulu , kulit saya sempat melepuh terkena serangga , kebetulan saat itu saya menginap di rumah mbahuti . Ia dengan telaten mengoleskan minyak tawon pada kulit saya agar cepat sembuh , ia mengoleskan minyak tawon ketika saya sedang tidur . Setiap saya dan papa mama akan pulang ke rumah , mbahuti selalu memeluk saya erat kami satu persatu sambil mendoakan , tidak akan saya lupa kata - kata yang senantiasa mengiringi kepulanganku      " SEMOGA SUKSES SEGALANYA, TUHAN MEMBERKATI  "
Kasih sayangnya , ketegaran ,kesabaran , disiplin , semangat dan kekuatan doanya luar biasa memberi inspirasi dalam hidup . Ia adalah wanita hebat yang telah melahirkan ,mendidik , dan membesarkan putra - putri yang hebat pula . Kesetiaanya pada mbah kakung bagiku amat sangat membanggakan, walau seringkali harus ditinggal untuk perang , selalu ia mendoakan mbah kakung , dengan sabar ia menunggunya pulang ,sabar merawat mbah kakung saat terbaring lemah karena stroke , dan menangis tersedu saat tahun 2000 mbah kakung wafat .
Keikhlasanya dalam kesabaran dan ketekunan menanggung segala seuatu adalah bukti kasih yang nyata dalam hidup saya .
17 April pukul 23.40 menjadi saat dimana kami keluarga yang menyayanginya harus merelakannya pergi . Namun demikian , mbahuti tidak akan pernah hilang dari hati kami .
Selamat jalan mbahuti ...
Selamat jalan Maria Stephani Sopiyah ..
Selamanya kami  mencintaimu . Selalu ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H