"Sya ...." Lizz memelukku dan mengatakan jika lelaki yang membuatnya hamil adalah Reza. "Tapi saat itu aku dipaksa Sya. Aku tidak bohong. Sya .... maafkan aku."
"Tunggu .... Reza menghamilimu Lizz? Pacarku menhamili sahabatku? Tunggu Lizz ..., aku tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi. Apa maksud semua ini?!" Napasku mulai tak beraturan dan pendek membuat dadaku terasa sesak. "Apa maksud kamu Za? Kenapa kamu setega ini kepadaku?!" Aku berbalik menatap Reza.
Aku kesal. Sungguh kesal pada seseorang yang berada di depanku. Padahal selama ini aku menganggapnya kekasih. Namun kenyataannya melakukan hal yang sama sekali tak bisa aku bayangkan. Lelaki kejam yang tega melukai hati dan masa depanku. Melukai hati dan masa depan Lizzie, sahabatku pula.
Marah. Protes. Tidak terima dengan semua yang telah Reza lakukan. Aku memukul-mukul tubuh Reza. Berusaha menghajarnya sekeras mungkin. Tubuhnya, tangan, kaki, muka, perut. Semua aku hajar habis habisan. Vas di atas meja. Tas. Apapun. Semua benda yang ada secepat mungkin aku ambil dan pukulkan ke tubuh Reza hingga babak belur. Hingga tubuhnya lebam dan jika perlu, hingga kulitnya mengelupas dan darah darinya bercucuran dan Reza berteriak kesakitan.
Hanya saja semua itu tak dapat kulakukan. Sekali aku berontak marah, Reza dengan mudahnya menjatuhkan tubuhku. Kepalaku pusing karena berbenturan dengan lantai. Kasar, hingga terdengar suaranya. Beberapa tetes darah sedikit bercucuran di kepalaku, dan saat Aurel dan Lizz berusaha membantu menghajar Reza. Dua lelaki lain muncul dari ruang belakang. Kami bertiga dengan mudahnya dirobohkan.
"Dasar bodoh! Tak ada gunanya melawan! Ini tempatku!"
"Lelaki kurang ajar!"
"Diam kamu! Sekali lagi aku peringatkan! Jangan sebarkan kejadian ini dan kehamilan Lizz kalau kalian ingin selamat."
"Cowok bajingan!"
"Tenangkan dirimu Aurel. Kita tak bisa apa-apa melawannya. Ayahnya adalah orang penting di kampus. Sedangkan pamannya adalah bos dari perusahaan Alisya bekerja," kata Lizz.
"Yah! Kalian bisa pulang jika sudah paham maksudku! Anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa," kata Reza, sambil menyalakan sebatang rokok.