Mohon tunggu...
Khoirul Muttaqin
Khoirul Muttaqin Mohon Tunggu... Wiraswasta - IG: @bukutaqin

Halo 🙌 Semoga tulisan-tulisan di sini cukup bagus untuk kamu, yaa 😘🤗

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hariku Dimulai

20 April 2022   17:20 Diperbarui: 20 April 2022   17:29 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh rasanya sangat capek tapi aku tidak bisa menolak.

Selanjutnya, aku membantu ayah memindah meja, kursi dan perabotan ke luar rumah untuk dibersihkan. Sedangkan ayah langsung membersihkan rumah bagian dalam setelah mengangkat meja. Dan aku membantu ibu memasak setelahnya, mengangkat panci penuh air, mengupas bawang, mengiris cabai, dan beberapa hal lain sebelum mengambil jajanan di toko untuk lebaran.

Hari yang melelahkan. Sungguh. Puasa yang melelahkan untukku yang berusaha menjadi anak baik. Banyak hal yang harus dilakukan hingga membuat tubuhku serasa letih, tenagaku terkuras, kepalaku pusing. 

Andai saja menjadi anak rajin tidak begitu penting. Andai rajin tidak terkait dengan kesuksesan. Andai saja, menjadi siswa teladan tidak membanggakan. Dan andai saja, aku tidak berusaha melakukan hal-hal melelahkan yang bahkan menyita waktuku bersantai dan bersenang-senang.

Pukul lima tepat, sebuah kecelakaan terjadi di perempatan jalan. Banyak orang berkerumun dan tak sengaja menyaksikan darah bergelimang, beberapa bagian motor bengkok dan lepas padahal terbuat dari besi. Sebuah mobil bertabrakan dengan motor matik milikku. Tidak salah, mobil hitam itu tidak salah karena berjalan saat rambu-rambu berwarna hijau. Ia berada di jalur yang tepat dalam situasi yang pas. Aku tahu. Aku tahu mobil itu tidak salah. Aku yang salah karena kehilangan kendali atas diriku sendiri. Capek. Pusing. Ya. Kesadaranku seakan diambil perlahan demi perlahan.

Aku membuka mata secara perlahan-lahan. Tubuhku nyeri, sakit, beberapa bagian tak lagi lecet, melainkan sobek membuat perban berwarna putih menjadi hitam pekat membalut kakiku. 

Saat aku bangun di sebuah ruangan. Rumah sakit. Ibu dan ayah telah berada di sampingku. Duduk menatap dengan air mata yang mengalir deras. Mereka terlihat sedih melihat anak kebanggaannya yang biasanya selalu berjuang dan berusaha keras harus terbaring kesakitan. 

Padahal aku hanya ingin menjadi orang sukses. Sehingga bekerja keras lebih banyak.

"Tsamara, ayah dan ibu minta maaf karena banyak meminta pertolongan kamu," suara ayah terdengar lirih.

Kami sudah diberitahu kalau kamu banyak membantu di sekolahan. Mengangkat meja-meja untuk panggung, membantu hal-hal lain. Bahkan saat sampai dirumah kami banyak meminta bantuan kepadamu. Belum lagi akhir-akhir ini kamu hanya sempat makan dan minum sedikit, puasa, tapi malah banyak pekerjaan," suara ayah terdengar parau.

Ya .... Aku terlaku capek yah. Aku hanya bisa menjawab dalam hati. Tubuhku masih sakit. Kesadaranku belum pulih seperti semula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun