Mohon tunggu...
Khoirul Muttaqin
Khoirul Muttaqin Mohon Tunggu... Wiraswasta - IG: @bukutaqin

Halo 🙌 Semoga tulisan-tulisan di sini cukup bagus untuk kamu, yaa 😘🤗

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Cabang Toko Sparepart Laptop

1 April 2022   07:00 Diperbarui: 1 April 2022   07:03 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat aku kecil, sahabatku tidak seperti ini. Maksudku, saat aku kecil sekali sekitar kelas tiga SD. Niken dan Aurel selalu menemaniku bermain dan belajar. Rumah kami bersebelahan jadinya mereka dengan bebas datang dan pergi. Saat SMP dan SMA juga bersama. Berangkat sekolah bersama-sama dan mengerjakan PR bertiga. Bahkan saking lucunya Niken dan Aurel memilii lelaki idaman yang sama. Haha, konyol. Atau kami memang diciptakan Tuhan untuk terus bersama? 

Tapi bukan seperti saat ini. Harusnya kami tetap bersama-sama sampai sekarang. Tidak mungkin aku bisa santai saat lokasi kerja kami berbeda. Aku sendirian di cabang toko bersama orang asing dan mereka bekerja di cabang yang letaknya delapan puluh kilometer dariku, berdua! Aku meragukan keadilan Tuhan.

Kepalaku berantakan memikirkan Niken dan Aurel. Sampai-sampai aku salah mengemas adaptor sedangkan pesanan pelanggan kami adalah keyboard. Padahal tanganku barusaja merapikannya menjadi paket yang siap diantar Rudi ke ekspedisi.

"Tasya, mana pesanan terakhirnya?" Rudi bertanya dari kejauhan sambil berjalan ke arahku.

Dan aku hanya meringis menatapnya.

"Ya ampun anak baru, ditanya malah cengar-cengir," ucap Rudi.

"Anu ..., salah mengemas barang," balasku.

"Salah tapi kamu ingat?"

"Sudah ..., tunggu saja di sana," aku menunjuk tempat duduk. "Segera kusiapkan!" balasku tergesa-gesa sambil mencari keyboard tipe...

... X452E ..., ini dia! X452EA. 

Secepat kilat aku mengemasnya karena Rudi telah menunggu dengan wajah datar dan lelah. Dan dengan keyakinan penuh, kali ini kerjaanku tidak rapi. 

"Kamu tahu kalau kamu paling beruntung di antara sahabatmu. Karena lokasi kerjamu dekat dengan rumah daripada mereka," ucap Rudi.

"Tidak. Aku lebih suka bersama-sama dengan mereka. Seminggu ini aku kesulitan tidur gara-gara memikirkan mereka. Padahal setiap malam menelpon salah satu antara Niken dan Aurel."

"Trust me. Di cabang lima tempat sahabatmu itu lokasinya berbahaya. Paling berbahaya di antara cabang toko sparepart yang lain. Jadi kamu satu-satunya karyawan baru yang beruntung."

"Sungguh?"

"Ya"

"Tapi tetap saja aku merindukan mereka dan lebih memilih bersama mereka."

Tiba-tiba suara gaduh terdengar di depan toko tempat kami bekerja. Terdengar agak jauh. Namun suaranya semakin mendekat. Teriakan-teriakan warga dan bunyi barang keras bertabrakan satu sama lain.

Kak Bella yang dari tadi berada di depan komputer langsung mendekatkan diri ke pintu toko. Matanya langsung menuju sumber suara. Begitu pula Rudi langsung meninggalkan percakapan kami. Sedangkan aku hanya menonton dari jauh gara-gara salah mengemas barang.

Toko tempat kerja kami sisi depannya adalah kaca bening. Sehingga meski aku diam di tempat dan sibuk mengemas keyboard, pandanganku tidak terhalang apapun.

Suara-suara teriakan di luar semakin keras terdengar. Rudi di depan toko ikut berteriak, sedangkan Bella tiba tiba histeris tidak karuan. Tepat saat tangan kananku merekatkan solatip terakhir pada kotak keyboard. Sebelum kuraih gunting di sebelahku. Di depan toko di sisi kiri dan mengarah tepat ke depan pintu kami, seorang lelaki terpelanting dan jatuh ke lantai. Bahkan telingaku mendengar suara kepalanya bertabrakan dengan lantai. Lalu berbagai benda keras lainnya menghantam tubuhnya yang lain.

Para warga dengan semangatnya saling berteriak dan terus menghantam lelaki tadi. Merasa puas dan terus menghantam lelaki tak berdaya itu hingga aku tidak berani melihatnya.

Darah..., putus asa..., dan kesedihan ... semuanya bersatu padu dalam waktu yang singkat sebelum akhirnya polisi datang.

***

Toko sparepart laptop ini lebih sepi daripada biasanya. Hening melingkupi kami setelah kejadian tadi. Rudi yang biasanya bermain gitar saat kondisi lengang hanya terlihat bengong, mengotak-atik ponsel dan menaruhnya kembali. Sedangkan Bella hanya diam tanpa ekspresi.

Aku takut ..., takut apabila hal seperti ini terjadi lagi. Pembunuhan terjadi di depan mata kami sekalipun yang terbunuh adalah maling motor yang bersalah. Namun ... darah membekas di depan toko kami. Bergelimang pada lantai yang luas.

Aku takut.

"Beginilah kehidupan, Tasya. Kamu akan sering melihat kekejaman seperti ini di dunia nyata. Banyak orang bersifat seperti hewan."

Aku diam tak bisa berkata-kata. Sedangkan Rudi terlihat pergi ke ruangan belakang karena dapat telepon.

"Seperti kata Rudi. Di cabang toko sini adalah tempat yang paling damai di antara tujuh cabang lainnya. Meski keadaannya seperti ini," ucap Bella melanjutkan.

"Kak? Kamu yakin di sini lebih baik di antara cabang yang lain? Maksudku ..., Niken ..., Aurel?"

...

Aku buru-buru menghubungi Niken dan Aurel. Kuraih ponsel yang sejak tadi terdiam di atas meja. Aku takut terjadi apa-apa pada kedua sahabatku.

Niken tidak langsung menjawab teleponku. Panggilanku diabaikan. Membuatku cemas. Sedangkan aku hanya bisa berharap agar tidak terjadi apa-apa pada mereka.

"Mungkin mereka sedang sibuk..., kamu tenang saja. Meski di cabang mereka lebih berbahaya. Ada kak Ardi yang menjaga mereka di sana," kata kak Bella menenangkanku.

Hanya saja bersamaan dengan itu. Rudi berkata setengah berteriak dari kejauhan. Ekspresinya terlihat seperti wajah kak Bella saat melihat pembunuhan di depan toko.

"Cabang tempat sahabat Tasya masuk berita! Niken terbunuh dan Aurel hilang!"

Tubuhku melemas seketika saat itu juga. Tidak ada jawaban suara dari Niken. Hanya bunyi ponsel di lantai yang jatuh dari tanganku.

Sahabatku ... Niken ... Aurel ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun