Mohon tunggu...
Khoirul Muttaqin
Khoirul Muttaqin Mohon Tunggu... Wiraswasta - IG: @bukutaqin

Halo 🙌 Semoga tulisan-tulisan di sini cukup bagus untuk kamu, yaa 😘🤗

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

[Ulasan Buku] "Laut Bercerita", tentang Perjuangan, Keluarga, dan Cinta

8 November 2021   10:41 Diperbarui: 13 November 2021   11:19 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul buku/Dokumen pribadi

Sudah lama saya menahan diri agar tidak membaca buku ini, Laut Bercerita. Aktivitas yang sering memperhatikan informasi literasi sebenarnya membuat saya tahu kabar terbit pertamannya. 

Namun, sejak saat itu (2017) saya memalingkan mata, melihat buku-buku lain untuk dibaca. Juga mengajukan buku-buku lain untuk didiskusikan bersama sahabat. 

Alasannya  sederhana, karena isi Laut Bercerita tentang pergerakan aktivis. Tentang gejolak pergerakan yang ada di tahun 1998. 

Saya sempat berpikir tidak cocok dengan apapun yang berbau politik. Politik itu penuh dengan hal-hal yang mengecewakan. Bahkan tidak jarang politik merugikan orang lain.

Namun setelah beberapa waktu, persepsi saya kian berubah. Membaca buku tentang politik bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Minggu, 9 Mei lalu buku ini saya baca tuntas. Tidak lama saya melahap narasi yang jumlahnya 380 halaman. Hanya tujuh hari sejak pertama membukanya. 

Sedangkan mengenai Isinya, tentang pergerakan aktivis 1998, persis. Penuh poltik yang semaunya sendiri seperti yang saya pikirkan. Laut, Anjani, Kinan, Alex, Bram, Asmara, yang selalu membangkang dan menuntut pemerintah. 

Melakukan aksi yang bertentangan dengan aturan. Mencetak barang-barang terlarang. Kejar-kejaran dengan aparat. 

Kedua pihak (aktivis dan pemerintah) bahkan sama-sama egois. Lebih parahnya, tidak jarang terjadi kekacauan, penculikan, bahkan penyiksaan. Kebencian pada pemerintah (dalam artian sesungguhnya) juga menjadi hal biasa di sini.

Buku ini mengerikan, tentu. Hanya saja ada yang luput dari bayangan saya. Belum lama hal itu saya ketahui setelah membacanya. Yaitu saya benar-benar salah sangka pada buku seperti ini. Saya kira kengerian yang digambarkan pada buku dan film itu sama. 

Mulanya saya sering membayangkan sesuatu dengan mengumpamakannya seperti menonton film. Dengan cara itu saya lebih mudah memahami. 

Menonton film tentang hantu saja saya takut. Backsound yang ngeri. Scene yang sering mengagetkan. Adegan-adegannya sering menggertak jantung. Apalagi film tentang penyiksaan.  Pasti membuat kepala saya pusing. 

Namun ternyata, novel tidak seperti film. Novel berbau sejarah tidak seperti film berbau sejarah. Kemasannya berbeda. Juga, "rasa" yang diberikan sangat berbeda. Saya telah keliru.

Dalam novel, saya membaca setiap narasi yang diberikan. Sedangkan film, bisa saja saya tidak tahu bagian yang disebut orang pintar 'penting' diperhatikan. Menonton ya menonton saja saya pikir. 

Saat aksi pukul memukul di film, bisa saja saya fokus pada jurus yang dipakai. Atau ekspresi muka aktornya. Atau bahkan malah fokus pada background yang terlihat kaos kutang estetik sedang dijemur. 

Oleh karena itu, membaca buku dan menonton film sama sekali beda. Dalam novel, semua yang disajikan bisa tertangkap jelas, membangun emosi, dan penuh wawasan. Terutama di novel ini. 

Lalu saya berkesimpulan. Tema-tema aktivis, perpolitikan, pembunuhan, ternyata bisa dipelajari dengan santai. Maksudnya, dipelajari lewat buku-buku. Saya cocok membaca Laut Bercerita. Buktinya saya suka buku ini. Sebuah buku yang mengajarkan tentang "perjuangan, keluarga, dan cinta." 

Tentang perjuangan, saya sangat kasihan pada kerja keras para aktivis. Mereka rela mempertaruhkan uang, waktu, tenaga, pikiran demi Indonesia baru. Indonesia tanpa penindasan. 

Walaupun kerja keras mereka terbayar, hal itu masih menyisakan pertanyaan: "Di mana keberadaan aktivis yang pernah disekap?"

Karena pada perjalanan perjuangan mereka terjadi penculikan. Lalu beberapa aktivis yang diculik tidak pernah kembali lagi. Menyisakan pertanyaan dan duka yang sangat dalam bagi keluarga dan banyak orang.

Meski banyak kengerian di buku, ada banyak juga narasi yang menunjukkan keharmonisan dalam keluarga. Misal saja interaksi antara Laut dan Asmara, dan Ibunya, dan ayahnya. 

Obrolan mereka saat berada di meja makan benar-benar terasa hangat. Belum lagi candaan ibu yang menyuruh laut menebak bumbu masakan. 

Mata laut ditutup ibunya, lalu disuruh berpendapat. Padahal saat itu laut baru saja sampai rumah. Tapi setelah memperhatikan sejenak, akhirnya laut menebak, dia menebak masakan dengan benar! 

Mereka senang, suasana keluarga yang sangat terlihat harmonis. Memasak bersama-sama, makan bersama-sama. Saling memberi saran dan masukan, dan lain-lain.

Juga, buku ini mengajarkan tentang arti cinta. Tidak hanya cinta pada lawan jenis atau keluarga. Ada cinta lagi yang perlu diperhatikan saat kita hidup bersama orang lain. 

Yaitu cinta pada tanah air, cinta pada kemanusiaan, juga cinta pada perjuangan melawan ketidakadilan. Banyak pelajaran dalam buku yang jika direnungkan, sebenarnya sangat cocok dengan keadaan di Indonesia. Sekalipun buku ini adalah fiksi.

Sebagai penutup, saya ingin berkomentar mengenai sampul. Laut Bercerita dikemas dengan desain sampul yang indah. 

Gambar yang menunjukkan perpaduan antara biru air, bertaburan gemerlap warna dari ikan-ikan dan terumbu karang terumbu karang. Walaupun ada sepasang kaki yang tampak mengerikan, karena dirantai dan kenapa juga kaki berada di laut. 

Namun objek yang dominan dalam sampul adalah keindahan. Ikan-ikan kecil kuning yang banyak. Seolah sedang bercanda dan meluncur ke sana ke mari. 

Karang yang mengusir gelap dan meramaikan suasana. Biru laut yang terlihat hangat seolah merangkul semuanya. Semoga anda tahu, itu semua sangat cocok dengan isi buku.

  • Judul: Laut Bercerita
  • Penulis: Leila S. Chudori
  • Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
  • Cetakan: Kedelapan, November 2019
  • Tebal: x + 379 hlm; 13,5 cm x 20 cm
  • ISBN: 978-602-424-694-5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun