"Entah, saya bingung harus menganggapnya apa. Namun merasa "maha tahu" ini sering saya alami setelah tamat membaca buku".
Beberapa waktu lalu saya membaca buku berjudul The Man Who Loved Books Too Much. Menceritakan seorang lelaki yang sangat mencintai buku-buku. Walaupun dalam novel itu dikisahkan jika buku yang dimiliki tokoh utama bernama Gilkey curian. Namun buku-buku itu terbilang langka dan mahal. Jarang bisa ditemukan karena jumlahnya terbatas.
Saya membaca dengan perasaan penuh penasaran saat itu. Karena memang, isi dari ceritanya saya anggap bagus. Apalagi ditulis oleh jurnalis berdasarkan kisah nyata. Sehingga saya bisa mencocokkan informasi yang diberikan dengan berita-berita di internet.
Selain itu wawasan tentang literasi dan referensi buku-buku bagus "sepanjang masa" sangat menarik bagi saya. Seolah saya tengah menemukan sebuah harta karun. Saya bisa menikmati tiap narasi yang diberikan oleh penulis.
Beberapa waktu kemudian, setelah menekuni untuk membaca The Man Who Loved Books Too Much beberapa hari. Akhirnya semua lembarannya saya lumat habis tak tersisa. Saya telah menamatkan buku yang saya anggap sangat bagus. Menakjubkan!
Hanya saja setelahnya perasaan aneh mulai timbul di hati saya. Seolah, saya merasa menjadi orang yang maha tahu! Maha tahu mengenai bagaimana watak Gilkey di kehidupan nyata, maha tahu mengenai tipe buku-buku klasik yang bagus dan nama-namanya, maha tahu mengenai literasi di tempat yang jauh sana, maha tahu mengenai penjara-penjara yang ada di lokasi Gilkey, maha tahu mengenai apapun! Apapun yang ada hubungannya dengan literasi, buku klasik, pencinta buku, dan kriminal.
Bukan bermaksud sombong. Tiba-tiba saja setelah membaca buku bagus seperti ini. Kepercayaan diri saya bangkit, dan saya semakin cakap mengungkapkan opini di saat bertemu dengan teman. Saya bahkan sangat bisa membantah perkataan teman-teman yang tidak sesuai.
Aneh bukan?
Hal seperti ini tidak hanya terjadi satu kali saja. Pada waktu yang lain lagi. Saya membaca buku The Death of Expertise. Sebuah buku yang menceritakan sisi buruk pendidikan dan beberapa hal yang berhubungan dengan pendidikan. Baik itu perguruan tinggi maupun internet yang biasa dijadikan rujukan beropini masyarakat. Buku tersebut ditulis oleh seorang pakar ternama bernama Tom Nichols.
Lalu setelah tamat membacanya. Hal aneh seperti sebelumnya terulang lagi. Tiba-tiba saja saya merasa menjadi orang yang maha tahu. Mendadak saya bisa lantang beropini:
"Internet membuat orang yang tidak memiliki wawasan menjadi berwawasan keliru!"
Persis, seperti kata-kata yang ada di dalam buku.
Tidak berhenti di situ saja. Seolah saya semakin lantang menyuarakan pendapat jika banyak pengguna internet itu bodoh. Alasannya, karena di internet banyak informasi bias, generalis, hoaks, dan tidak objektif lainnya. Apalagi banyak kasus di internet yang menunjukkan orang biasa "mendadak lebih pintar" karena dengan mudahnya mereka membantah hasil analisis pakar!
Terlepas dari realita yang sebenarnya bagaimana. Saya lantas merasa menjadi orang yang paling benar dalam berinternet. Saya mendadak merasa menjadi orang paling bijak dalam melakukan aktivitas belajar. Hanya setelah membaca buku The Death of Expertise.
Ah, saya sampai bingung dengan diri saya sendiri. Karena kejadian seperti ini berulang dan berulang. Hampir selalu terjadi setelah saya menamatkan buku yang saya anggap bagus. Tidak hanya sekali dua kali.
Contoh dari buku-buku yang lain? Banyak dan sangat melimpah! Berulang, dan polanya sama. Hal seperti ini terjadi juga misalnya setelah saya membaca buku karangan Dan Brown berjudul Inferno. Terjadi juga setelah saya baca buku The Power of Habits karangan Charles Duhigg. Di buku Retorika, Strawberry Generation, Semangat Muda, Tjokroaminoto, dan masih banyak lagi.
Cukup aneh bagi saya. Saya baru saja membaca buku-buku itu. Tapi sudah merasa maha tahu dan maha benar. Padahal kenyataannya saya belum banyak melakukan perubahan. Masih sekadar membaca informasi baru.
Apakah kamu juga mengalami hal seperti ini? Baru baca buku dan sudah merasa maha tahu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H