"Apapun yang dilakukan dengan hati, akan terasa menyenangkan."
Baru-baru ini saya menyadari maksud dari kutipan di atas. Terutama saat mengerjakan proyek menulis sendiri. Dulu, saya melakukannya dengan penuh keterpaksaan. Terutama karena mengejar iming-iming uang yang bisa didapatkan. Seolah-olah penulis amatir ini akan mendapatkan banyak rupiah. Tapi kenyataannya, perjalanan tidak mulus. Banyak tantangan yang harus saya selesaikan.
Di antara semua yang saya lakukan dalam menulis di web novel. Saat ini saya sedang berada di titik "menamatkan" cerita. Ya, tinggal menamatkan saja novel yang telah saya buat. Karena novel yang baik adalah novel yang selesai ditulis.
Perjalanan saya akui tidak mudah. Penuh tantangan yang harus saya pecahkan agar tulisan bisa selesai. Selain tantangan untuk segera menamatkan tentu sebenarnya masih banyak. Hanya saja tidak akan menarik apabila saya ungkapkan semuanya di satu artikel.
Saya berharap dengan menulis artikel ini bisa menambah sedikit semangat menulis. Agar saya segera merampungkan novel yang masih on going. Selain itu, saya ingin berbagi pengalaman kepada teman-teman yang ingin terjun ke web novel.Â
Menamatkan
Menulis adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar. Artinya ketika kita menulis, kita harus tetap berkonsentrasi. Tidak bisa dilakukan dengan setengah-setengah misalnya dengan sedikit berpikir saja. Karena setiap langkahnya harus melalui fase berpikir dan mengeksekusi. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, bab demi bab, hingga akhirnya tamat.
Karena pengerjaan menulis novel terhitung lama, maka konsentrasi harus dilakukan dalam waktu yang lama pula. Sehingga setiap hari kita harus meluangkan waktu untuk memikirkan kelanjutannya. Apakah alurnya masih sesuai, apakah yang saya tulis masih berhubungan dengan cerita sebelumnya dan lain sebagainya.
Hanya saja di akhir-akhir hari yang membuat saya vakum menulis, ada sebuah rasa kecewa yang datang. Sehingga membuat saya berpikir ulang dan berpikir ulang apakah harus menamatkan tulisan, atau saya tinggalkan begitu saja.
 Dua novel saya
Saya memiliki dua novel yang kedua-duanya sedikit mandek. Saya katakan sedikit, karena memang belum lama ini mengerjakannya. Belum lama ini juga saya berhenti sejenak. Sambil menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk kelanjutan menulis.
Pertama, adalah novel berjudul Niko, The Invisible Rich yang berada di platform Novelme. Satunya lagi adalah novel berjudul Kebiasaan Buruk Suami di platform Hotbuku. Pada detik-detik ini saya sangat merindukan mereka berdua.
- Niko, The Invisible Rich
Novel pertama saya ini bercerita tentang seorang laki-laki yang sedang melakukan penelitian. Dia bekerja di sebuah kafe bernama The Name of The Rose dengan tujuan mencari data. Ia ingin membuat sebuah platform untuk bisnis keluarga.Â
Namun saat melakukan penelitian atau saat bekerja di kafe tadi. Ia menemukan dunia yang berbeda dari tempatnya dahulu. Suasana yang berbeda dan orang-orang yang berbeda. Dan dari sana sedikit demi sedikit pandangannya berubah. Begitu pula perasaan yang ada dalam hatinya.
Pada saat artikel ini ditulis. Novel ini telah mencapai lima puluh satu bab. Hanya tinggal menyelesaikan saja. Tinggal menambahkan akhiran bab untuk menamatkan ceritanya. Terlepas mengenai bagaimana kualitas tulisan di novel tersebut.
- Kebiasaan Buruk Suami
Di bulan kedua setelah menulis Niko, The Invisible Rich saya menjadi tertantang. Pada awalnya saya meragukan kemampuan saya untuk menulis novel. Namun seiring perjalanan justru ketagihan untuk menulis lagi.
Di bulan Juni saya mulai menulis Niko, sedangkan di bulan Juli saya sudah mulai menulis novel kedua: Kebiasaan Buruk Suami. Strategi yang digunakan adalah menulis dua novel dengan memprioritaskan satu saja. Hanya saja di tengah bulan hanya bisa fokus pada satu novel saja untuk ditulis.
Kebiasaan buruk suami adalah novel yang bercerita tentang lelaki bernama Aldo. Dia menginginkan hidup dengan damai bersama istrinya. Hanya saja selalu ada cobaan yang mampir di kehidupannya. Dan pada saat ini telah mencapai bab 109.Â
Menulis dengan hati
Setelah saya mengalami dan mencocokkan dengan beberapa referensi. Agaknya saya sadar apabila memiliki sebuah kesalahan fatal. Hal itu terjadi pada fase-fase menulis yang ternyata tidak saya lakukan dari hati. Â
Pada titik ini, saya memiliki keyakinan apabila menulis dari hati menjadi sangat penting. Karena menulis dari hati akan mengutamakan kualitas karya yang saya buat. Bukan kuantitas. Mengingat apabila penulis-penulis hebat menjadi orang yang kita kenal karena karyanya bagus. Bukan karena karyanya banyak.
Saya akan menulis dari hati ke depannya, dengan mengutamakan kualitas yang saya miliki. Terutama saat saya menulis fiksi berupa novel dan cerpen. Semoga saya bisa segera menamatkan dua nobel saya. Semoga saya bisa memberikan yang terbaik bagi para pembaca.
Sebagai penutup, saya ingin menutip kata-kata Alber Einstein. Ia berkata jika "Kreativitas adalah kecerdasan bersenang-senang." Dan begitu pula saya, akan segera bersenang-senang dengan cara saya sendiri: menulis!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H